Sabtu, 31 Januari 2015

Breathtaking



Tittle                : Breathtaking
Author             : Chaca Natasya
Cast                 : Cho Kyuhyun
                          Cho Saeryu
                          Jung Ha Woo
Genre              : Romance, selebihnya tentuin aja sendiri Huahahaaa
Length             : Oneshoot
Rate                 : Global


--o0o--

Let's be strong!
--o0o--



            Kuregangkan otot-otot kaku ini. Lembur memang melelahkan, tapi aku tak punya pilihan. Ribuan nasib pekerja disini, bergantung padaku.

            Jika ada beberapa pemilik perusahaan yang bekerja santai, merasa tak perlu banyak bekerja..

            Lain denganku.

            Aku benci pekerjaan cacat. Sebisa mungkin, tak kan kubiarkan ada yang gagal dalam genggamanku.

            Termasuk hidup dan cintaku.

            Satu-satunya wanita yang dapat menerbitkan senyum tulus milikku sesering yang ia mau.

            Gadisku.


            Istriku.


            Jung Ha Woo.

--o0o--

           
            “Oppa! Aku mencintaimu!!”

            “Kau gila Ha Woo!”

            “Aku tidak gila! Aku mencintaimu Oppa!!”

            “Dan aku tidak mencintaimu Ha Woo! Pergilah dari hadapanku!!”



            Aku terkekeh geli mengingat percakapan pendek kami lalu.

            Masih segar dalam ingatanku, usaha gigihmu demi mendapatkanku yang dibilang sempurna oleh banyak orang ini.

            Tubuhmu yang mungil, cenderung tak terlalu tinggi itu selalu berlari menghampiriku seusai jadwal kuliah bisnis.

            Ya, tempat ini masih sama.

            Kulangkahkan kakiku menapaki tempat bersejarah bagi hubungan kami berdua. Kyunghee University tempat dimana aku menemukannya.

            Tempat yang membuatku sadar bahwa gadis itu ada.

            Pepohonan disekitar, tentu meninggi. Daun-daunnya pun melebat seiring dengan waktu yang mengiringi pertumbuhan mereka.

            Tempat ini memang cocok untuk melarikan diri dari aktifitas kantor yang memuakan. Seorang wanita paruh baya penjaga kedai di seberang sana, sudah hapal wajahku. Tentu juga beliau tahu pesananku.

            “Mau pesan jajangmyeon lagi Cho Kyuhyun?”

            “Kau selalu tahu apa mauku Bi..”

            Aku mengedipkan sebelah mataku, berniat menggoda bibi penjaga kedai ini. Sembari menunggu Bibi Han menyiapkan pesananku, akupun kembali dengan kenangan itu.


            Jung Ha Woo...


            Nama itu tak akan pernah bisa kulupakan sampai kapanpun.


            Jika kami masih kuliah, pasti gadis itu sudah meneriaki namaku dan memaksa untuk menerima bekal siang buatannya yang jauh dari kata enak.


            “Sayang, maafkan aku. Tapi itu benar adanya.”


            Ucapku dengan kesadaran penuh. Akhir-akhir ini, aku memang gila. Gila karenamu wahai gadisku Ha Woo.


            Berbicara sendiri sembari menatap fotomu.


            Kau pasti senang bila berhasil memergokiku yang seperti ini. Tenang, Ha Woo... Aku tidak akan pernah membiarkanmu menemukanku dengan keadaan yang begini. Karena jika demikian, kau pasti senang bukan main.


            “Hey anak nakal, sampai kapan kau kemari terus? Tidak kah kau lelah? Kau sudah menjadi seorang direktur!”

            Bibi Han datang dengan semangkuk penuh Jajangmyeon pesananku. Beliau mengomel, bahkan memukul tengkukku dengan koran pagi yang kurasa baru saja diterimanya.

            “Tak pernah bosan untuk mengunjungimu Bi.”


            “Hah! Kau bisa saja.”



--o0o--


            Ha Woo...

            Aku jadi teringat kau, betapa sama bawelnya kau dengan Bibi  Han jika sudah menyangkut urusan perutku.

           
            Hei Ha Woo...

            Aku pulang. Menenteng tas kantor, jas berwarna biru lautku, dan santap malam untuk keluarga kecil kita.


            Mataku sibuk mengitari keadaan sekitar. Tak ada satu sentimeter-pun ruang yang tak pernah kita jejaki. Masing-masing tentu punya memori.


            Ini sudah pukul 8 malam.


            Apa putri kita sudah tidur?



            “Hiks... Hiks... Hiks.. Hiks...”


            Kudengar tangisan dari kamar putri kita. Oh Tuhan, apa ada hal yang aku lewatkan?

            Kusimpan semua barang bawaanku dan membuka pintu penghubung antara kamar kita dan Cho Saeryu. Putri semata wayang yang amat kita cintai.


            “Saeryu sayang... Putri kecil Appa dan Eomma... Apa kau ada di dalam?”


            “......”


            Hening.


            Yak! Jung Ha Woo! Seharusnya kau tak boleh mendidik anak kita menjadi cengeng sepertimu! Dia harus kuat sepertiku! Kalau begini caranya, bagaimana bisa aku berhenti mencintaimu.

            Hah. Lupakan.


            Aku tak kan mungkin berhenti mencintaimu.

           
            Saeryu, malaikatku, tengah berbaring menelungkup diatas ranjang bulu angsa-nya. Gadis itu menggunakan piyama Pororo pilihanmu Ha Woo. Kenapa seleramu itu tak pernah naik satu tingkat? Selalu sama.


            “Haiissh, Sweet heart... Ada apa dengamu?”

            Saeryu mendongak menembus manik obsidianku yang pasti berkilat penuh wibawa. Maklum, usiaku sudah tak bisa dibilang remaja. Lagipula, hey.. Aku sudah memiliki putri berumur 7 tahun!


            “Appa....”


            “Ya sayang....”

           
            Saeryu menatapku lurus-lurus dengan mata sembabnya. Kalau ia begini terus, aku bisa tertangkap basah ikut menangis.

           
            Saeryu...

            Dia begitu mirip denganmu. Bahkan jika boleh kubilang, malaikat kita merupakan jiplakan darimu. Semuanya sama.

            Kecuali tinggi badannya.

            Saeryu beruntung, karena ia mewarisi tinggi badanku.


            Hahahaha, Nyonya Cho.. Kuharap kau tak akan marah.


            “Umur Appa berapa sekarang?”

            “29 tahun, ada apa sayang...”


            Saeryu loncat kepelukanku. Entah apa yang malaikat kecilku ini pikirkan. Ada apa dengannya?


            “Teman-temanku bilang, Appa terlalu muda untuk menjadi seorang Ayah... Hiks.. Apa aku tak pantas untuk menjadi anakmu Appa?”


            Tanganku mengepal.



            Hooo... Siapa yang berani mengatakan hal itu?! Apa dia tak tahu siapa Cho Kyuhyun ini huh?



            “Hiks... Para Ibu Hiks.. Temanku juga... Hiks bilang Hiks... Bahwa Appa tidak menyukai Hiks.. Keberadaan Eomma.. Hiks...” Tangan malaikatku bergetar.


            Tuhan....


            Siapa yang telah mencekoki anakku dengan pemikiran seperti itu? Apa mereka tidak diajarkan cara mendidik anak yang baik? Apa kerjaan mereka disana hanya bergosip? Menggosipkan hal yang belum tentu kebenarannya?!

            “Appa Hiks... Juga kata mereka Hiks... Selalu menolak keberadaan Eomma Hiks... Hikss..”


            Saeryu mengencangkan pelukannya padaku, begitupula aku. Tak mau berpisah dengan malaikatku.


            Ha Woo, dosakah aku? Saeryu hanya belum mengerti. Dia masih terlalu muda untuk kujelaskan.

            “Hah... Apa yang putri kecil Appa ini sudah pikirkan huh? Ayo.. Kau pasti kelelahan... Appa temani hingga kau tidur ya..”


            Putri kecilku mengangguk, menghapus sisa-sisa air mata dengan punggung tangannya tanpa mau beranjak dari pangkuanku.

            “Appa....”


            “Ya sayang?”


            “Aku mencintamu Appa... Sangat.”


            Aku juga mencintaimu Saeryu. Lebih dari sangat.


--o0o--


            Setelah merasa Saeryu terlelap..

            Perlahan, aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Bukan karena ingin berpisah dari Saeryu, dari alasanku untuk terus bertahan hidup.

           
            Bukan.


            Aku hanya perlu menenangkan diri.



            Aku tahu, orang diluar sana hanya menilai kisahku sebelah mata saja. Mereka tak tahu secara keseluruhannya. Mereka hanya tahu aku tak menyukai Ha Woo. Wanita yang dijodohkan denganku.


            Tapi itu dulu.


            Tak bisakah mereka mengerti?


            Aku manusia tertolol. Kalian boleh mengatakannya demikian. Aku tak akan marah.


            Dengan kesadaran penuh, aku sempat menyia-nyiakan gadisku, Jung Ha Woo. Bertingkah seolah aku tak pernah membutuhkan gadis yang tak bisa memasak itu. Gadis yang terlalu bawel untuk seumurannya.


            Tapi itu dulu.


            Duluuuu Sekali.



            Sebelum aku mengerti betapa pentingnya arti dicintai dan mencintai. Jika dahulu, aku tak pernah mau mendekatimu. Kini aku bersumpah, aku berani menyerahkan segalapun yang kau mau hanya untuk terus bersamamu.


            Itu janjiku Ha Woo..


            Aku masih bisa memperbaikinya.


            Kita masih punya Saeryu yang masih harus kita jaga.



--o0o--

            “Appa!! Kita mau kemana?! Ini bukan jalan menuju ke sekolahku!!”


            Tak kupedulikan suara nyaring Saeryu yang jelas diturunkan olehmu, Ha Woo. Gadis kecil kita begitu aktif.


            “Appa! Hentikan mobilnya!! Aku sudah telat! Aku akan naik bus sekolah saja!!”


            Kuinjak pedal gas lebih dalam. Otomatis, mobil yang ku kendarai semakin kencang. Saeryu behenti mengoceh. Gadis kecil kita memilih bungkam dengan wajah pucat pasinya. Hahaaa, aku juga tak mungkin lupa dengan kebiasaannya yang diturunkan darimu. Gadis kecil kita tak tahan dibawa dengan kecepatan tinggi.



--o0o--


            Kami berdua keluar dari mobil Maybach yang ku kendarai. Saeryu menatapku heran.

            Yayaya...

            Dia pasti bingung kenapa aku membawanya ke tempat ini. Padahal hari ini bukanlah jadwal kami untuk datang.


            “Appa, apa kau yakin membawaku kemari hari ini? Ini bukan jadwal kita...”


            Kuhentikan langkahku, langkah Saeryu juga terhenti.


            “Sayang...”


            “Ya Appa?”



            “Kau merindukannya bukan?”



            Malaikat kecil kita mengangguk. “Maka ayo! Tak ada salahnya kemari...”


            Aku merentangkan tanganku lebar-lebar. Bermaksud jika malaikat kita ingin berhambur ke pelukanku, maka aku akan segera menangkapnya.


            Namun dugaanku salah.



            Putri semata wayang kita bahkan tak mendekat sedikitpun padaku. Ia berlari menjauh. Ohoooo.. Dia ini. Jika sudah tahu lokasinya, mendekat denganku pun tak mau.


            “Anyeong Eomma!!!!”


            Malaikat kecil kita melambaikan tangannya pada pusara-mu.


            Ya...


            Pusaramu.


            Sakit mengingat hal ini. Jika dulu aku tak bodoh. Jika dulu aku tak mudah percaya dengan tipuan bandar narkoba jelek itu. Aku tak mungkin berpikir kau disekapnya.


            “Aku mencintaimu Oppa..”


            Itu kalimat terakhir yang kau ucapkan sebelum kau hembuskan nafas terakhirmu. Bandar narkotika jelek itu ternyata berbohong padaku, dia tak menyekapmu. Justru target pria itu adalah aku.

            Aku bodoh.


            Direktur ternama sepertiku tentu banyak dijadikan objek kejahatan.


            Kau yang ternyata begitu pintar datang karena sudah bisa memprediksi kebodohanku. Aku yang buta karena cinta. Aku yang terlalu takut kehilanganmu.


            “Kau terlalu bodoh Cho Kyuhyun.”


            Setelah kuberikan uang jutaan Won. Pria botak jelek yang sekarang sudah ditelan bumi itu pun menembakmu.


            Hingga Mati.


            Jung Ha Woo milikku.


            Tangisku muncul lagi. Aku tak mungkin bisa menyembunyikan hal ini jika sudah berada di depan pusaramu. Aku tak pernah bisa berpura-pura.


            “Eomma.... Appa mencintaimu, ia hingga menangis karena begitu merindukanmu.”




END


Okee.. Appa itu artinya ayah. Eomma, itu artinya Ibu. Sedang Oppa, panggilan
sayang dari perempuan.

Ini ga tahu bagus ga tahu engga. Ngerjainnya juga pas lagi suntuk pengen good day tapi ga bisa minumnya. Ya, karena banyak yang melarang juga -_-
Oya, ini juga full Point of view pria, alias Cho Kyuhyun. Typo is an art of writing :p

Sorry kalau jelek :D Huhaaa Babaaaayyyyy
No Bash and dont be a copycat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Untouchable world Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang