Kamis, 06 Maret 2014

The Way to get your love

Title    : The Way to get your love
M.Cast : Park Chanyeol
         Choi Rinri
Other  : You can find it 
J
Genre : Romance
Length : Oneshoot (=_=)
        
Assalamualaikum.... Ckckckckckckc.. Author gaje lambai-lambai penuh makna... Wkwkwkwkwk, setelah lama dengan watadosnya hiatus karena bener-bener mumet mikirin bentar lagi UN, ini malah nongol sok manis.. -_-
        Ni FF bener-bener misah dari Uri Romance. Ciyusaaannn... Jadi gaada sangkut pautnya oke??? Dari pada banyak cuap-cuap gajeeeee lebih baik simakkk... Hati-hati, typo tersebar di seluruh penjuru fanfic... Hope you like
J



|||||
        
Lucu, manis, menggemaskan, bukanlah hal yang utama. Dia, karena dia. Hanya dia. Ya alasanku cukup klise, karena memang dialah orangnya
#Park Chanyeol

          Bossy, tidak tahu malu, narsis, tapi aku mencintainya. Sungguh
          #Choi Rinri
||||
          “Ayo dicoba-dicoba, ayo agassi....”
          “Manis-manis, dijamin manis.....”
          “Multi fungsi, dijadikan pajangan bisa, digunakan bisa....”
          Begiitu lah kiranya suara-suara yang senantiasa menemani hari-hariku. Kenalkan, aku Choi Rinri.. Salah satu siswi jurusan ekonomi di universitas Parang. Disini aku membantu temanku berjualan, sebenarnya aku juga ingin membuka lapak sendiri, hanya saja orangtuaku melarangnya.  Jika aku merengek, mereka pasti akan kembali menceramahiku. Dimulai dari praduga mereka aku ingin kabur, uang harianku kurang atau yang paling mainstream aku ingin cepat-cepat punya uang agar bisa menikah. Cih, mana ada yeoja yang sibuk mencari uang. Lagipula, mau menikah darimana? Calonnya saja belum ada.

          Bisa dibilang aku ini terlalu cuek pada makhluk bergenus namja. Tapi bukan berarti aku sama sekali tak memiliki pengalaman dalam soal cinta. Aku sudah pernah berpacaran sebelumnya. Jalinan kasih kami dimulai sejak aku masih menduduki bangku SMA. 3 tahun kami menjalin kasih. Pria itu bernama Chi Hoon, Lee Chi Hoon. Seorang namja yang begitu pengertian dan penuh kasih. Hubungan kami baik-baik saja.
          Cara kami mengakhiri hubunganpun dengan baik-baik, sehingga kami masih bisa berkomunikasi seperti biasa hingga kini. Jika semuanya baik-baik saja, lalu kenapa kami putus? Itu karena ia pergi meninggalkanku. Bukan pergi dalam artian selingkuh. Tapi dia harus pergi mengambil beasiswanya di Australia. Ini merupakan keinginan kedua orangtuanya, ia tak bisa menolak. Sebenarnya kita masih bisa saja LDR, tapi naas, hatiku terlalu takut jika ia akan selingkuh. Maka kuputuskan untuk mengakhiri semuanya sebelum hal ini terlambat.
          Dulu saat pertama mengambil keputusan itu, selama seminggu 4 hari aku mogok bicara. Tidak total sih, maksudku, aku jarang sekali berkomunikasi dengan banyak orang. Palingan hanya Eomma, Appa, Hae Kyung, dan teman dekatku yang lainnya. Itupun hanya berbicara seperlunya. Ingat, SEPERLUNYA!!!1 Aku begitu tersiksa dengan kondisi itu. Tapi mau bagaimana lagi, habisnya saat itu aku yakin sekali bahwa ia pasti akan menemukan wanita yang lebih baik dariku disana. Memalukan bukan O_O!

          Tapi kini, lihatlah aku.... Aku yang sekarang adalah aku yang sudah tidak terlalu menyesali keputusan yang aku ambil beberapa tahun silam. Aku berpikir, bahwa dengan ketidak adaannya dia, maka sekarang aku dapat bebas melakukan apapun tanpa harus mendengar larangannya. Bebas berkomunikasi dengan semua teman yang kumiliki. Dulu, aku sangat dikekang dalam pergaulan. Alasan Chi Hoon aneh, ia tak mau aku tebar pesona. Jika dihitung sampai sekarang, aku dan Chi Hoon telah berpisah selama 2 tahun.
          Bagaimana? Kisah cintaku tragis bukan? Daripada terus terhanyut dalam suasana yang tragis ini, maka lebih baik kita kembali berjualan!!! Yeeaaayyy...
          “Ayo dipilih, kualitas dijaminnn...” Ujarku lantang.
          Jujur, aku cukup kewalahan sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, saat kita berjualan, maka kita harus pintar-pintar mensiasati pembeli agar mau beli bukan? Para pembeli sudah banyak, tapi daganganku masih tersisa lumayan banyak. Jadi aku harus tetap berjuang sekuat tenaga. Ayooo Rinri!!! Demi Hae Kyung!!!! Kasihan temanku yang satu itu, dia mencari uang kuliahnya dengan jerih payahnya sendiri. Sayangnya, dia sedang sakit sekarang, maka sebagai makhluk homo socious (manusia) yang baik kutawarkan diriku untuk mengganttikannya sampai ia sembuh.
          “Agassi, bisa tolong ambilkan mantel yang diatas itu?”
          Pelangganku meminta bantuan, ofcourse... Kuhampiri pelanggan itu, ini hari pertamaku, maka wajar saja aku terlalu bersemangat dan karena kecerobohanku yang sudah tak bisa ditolerir lagi, aku tersandung karpet... Jinjaaaa... sepertinya beberapa detik lagi dahi ini akan dicium oleh kasarnya permukaan karpet.. -_- Kupejamkan mataku, berusaha menikmati rasa sakit yang sebentar lagi akan kuterima.
          1........ 2......... 3........... kenapa tidak jatuh jatuh juga yaa?? Apa sebaiknya kulihat saja keadaanku? Ne, itu yang terbaik.
          Mataku terbuka perlahan, mulanya membiasakan sinar yang masuk lalu mengerjap beberapa kali agar arah fokusku tak buyar. Kakiku masih menempel, tapi kenapa tubuhku serasa melayang ya?? Badanku juga miring... Mataku berkeliaran kemana-mana... OMO?!
          Kutegakkan tubuhku, lalu segera membungkuk 90 derajat dihadapan pria ini. Pria yang menolongku tadi. Coba saja kalau tak ada dia, mungkin sekarang dahiku sudah merasakan ciuman hangat dari si raja permadani. +_=
          “Jwesonghamnida Ahjussi, saya tidak sengaja, jwesonghamnida...” Ucapku penuh sesal.  
          “Tak perlu seperti itu Agassi, lain kali hati-hati ne?”
          Ramahnyaaa... Ah, kurasa melihat wajahnya sekilah boleh... Biar nanti aku tahu siapa gerangan pria berhati malaikat ini...
          Daguku terangangkat, namja ini sungguh tinggi... Aku jadi ingat pada ........
          “LEE CHI HOON!!!!!!!”
          Suara beribu yeoja menggema diseluruh penjuru kios Hae Kyung. Pasti namja itu namja idaman sejuta umat.. kekekeek~ jadi ingat masa-masaku saat masih bersama Chi..... HA? Chi Hoon?? Tanpa babibubebuuuu kutatap matanya, lalu kutarik paksa lengan namja itu. Banyak yeoja dan pelangganku yang berteriak kecewa. Kyaaaa Hae Kyunggg... Maafkanku aku sebentarrr...
          Namja ini nampaknya bingung karena aku sekarang didekatnya, salahkah aku? Aku hanya ingin memastikan apa dia Chi Hoon yang kukenal? Meski awalanya aku yang menarik, tapi entahlah, kini ia yang berbalik menarik.. Kami berlari menuju ruangan kosong yang tak terpakai dibelakang.
          “HOSH... HOSH...” Nafas kami terengah... Melelahkan.... sangat sangat sangat.... 
L
          “Ada apa kau mengajakku kemari Agassi?” tanyanya memulai.
          “Aku hanya ingin memastikan apa kau Lee Chi Hoon.” Jawabku enteng, padahal... Ini nafas masih saja tersengal-sengal.
          “Aku memang Lee Chi Hoon. Ada apa Agassi?”
          Dia sudah menatapku, tapi dia tak berkometar. Apa iya dia sudah lupa akan wujudku?
           “Masihkah kau ingat dengan yeoja bernama Choi.....”
          Belum sempat kuusaikan, bibirku telah dibungkam telapak tangannya. “Kau Choi Rinri???” Matanya terbelalak sempurna, hidungnya yang tajam menambah kesan vintage. Beruntung ya, aku punya mantan setampan ia kekekeke~
          “Menurutmu?” Tanyaku balik.

          GREB...
          Dia memelukku.
|||||
Chi Hoon POV
          “Masihkah kau ingat dengan yeoja bernama Choi.....”
          Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, sudah kuhentikan terlebih dahulu. Ternyata dia Rinri... Choi Rinri-ku. Ah, apa masih pantas kupanggil dengan embel-embel-ku? Statusnya memang sudah bukan kekasihku lagi. Tapi, sulit bagiku untuk melupakannya. Dia terlalu berarti.
          Dengan bermodalkan keberanian, kupeluk tubuhnya erat-erat. Membeuat seolah-olah aku tak ingin ia pergi untuk kedua kalinya. Dari jarak sini, bisa kucium aroma manis Khasnya. Wangi, begitu wangi.. Aku merindukannya, sangat.
          “Chi Hoon hentikan bodoh!”
          Dia belum berubah, Rinri yang manis dan berontak. Aku merenggangkan pelukanku, memberikannya kesempatan untuk bernafas. Rinri, nan jeongmal bogoshippo!!!!!!
          “Kau sudah pulang eoh? Sombong sekali.” Cibirnya.
          Bukannya sombong Ri-ah~ “Aku baru saja sampai kemarin Ri-ah, rencananya hari ini aku akan main ke rumahmu. Tapi, takdir berkata lain, aku malah bertemu denganmu disini. Kau punya lapak sendiri?”
          Aneh saja melihat seorang Rinri berjualan. Karena setahuku orangtuanya sangat memanjakan dia dan terlalu over. Berbeda sekali dengan sifatnya yang ‘berandal’ kekeke~.
          “Itu punya Hae Kyung... Sahabatku. Aku hanya membantunya. Dia sedang sakit.”    Ohhhh... Begitu rupanya. Kalau seperti itu alasannya aku bisa percaya..
          Kini matanya liar, kepalanya juga ikut bergerak. Ia melihat arloji milikku, lalu menatapku, dan begitu seterusnya.
          “Kau ini kenapa?” tanyaku.
          “Bagaimana kalau kita kembali? Aku takut pelangganku kabur.”
          Oh no...... Masih saja ia mementingkan pelanggan disaat-saat yang seperti ini =_+ aku bahkan bisa saja memberikan siapa itu tadi? Hae-Hae Kyung! Ya Hae Kyung uang sebagai ganti waktu dari Rinri. Ayolah, apa yang tidak bisa dilakukan model profesional sepertiku? Model? Ne... Namaku besar di Australia... Dan aku kemari hanya untuk mencari pujaan hatiku dan membawanya ke negeri kangguru tersebut.
          “Baiklah, ayo kita kembali.” Ujarku refleks.
          Memang tak ada guna jika berdebat dengan bocah satu ini. Lidahnya pintar bersilat, jadi sudah pasti aku yang akan kalah. =_+
||||
          “Ini Agassi, maaf membuat kalian menunggu... Semoga kalian suka...”
           Ia meminta maaf pada semua pelanggan. Para pelanggan memakluminya, mereka mengira bahwa aku dan Rinri adalah sepasang kekasih yang sudah lama tak berjumpa. ‘KEKASIH’ andai saja iya... Sayangnya, hubungan kami sudah lama kandas.. Aku memiliki niatan untuk kembali merajut hubungan kami, tapi aku kurang yakin dengan Rinri. Apakah ia masih mau menerimaku? Menerima seorang model sepertiku? Yang aku tahu, tipe idamannya adalah seorang pria yang bebas dan tak terikat. Sedangkan aku? Setiap jam dihidupku, pastilah diatur dengan pengawasan ketat dari manajer dan Eomma.
          Meskipun begitu, aku akan tetap berusaha. Tuhan menyukai orang-orang yang berusaha bukan? Lagipula hubungan kami bukanlah suatu harga mati, jadi masih besar kesempatan untuk mendapatkannya kembali.
          “Chi Hoon-ah!” ia menepuk bahuku.
          Dan karenanya, otomatis lamunanku buyar =_+ Rinri.... Rinri... Kau memang wanita yang hebat!! 4 jempolku untukmu!
          “Wae?” jawabku sekenanya.
          “Aku harus pulang, terimakasih sudah mau menunggu, kuharap esok kita bisa bertemu lagi.”
          Wait? Ia akan pulang? “Haruskah sekarang?” tanyaku.
          “Ne, masa tahun depan? Ayolahhh.. Anyeong!!!”
          Tunggu, aku harus mengantarnya, ini adalah waktu yang tepat untuk bertemu dengan keluarganya. Aku harap Eomma dan Appanya senang melihat kedatanganku.. Ya.... Kuharap.
||||
Rinri POV
          Namja itu, Chi Hoon... Dia mengantarku pulang. Appa dan Eomma senang meilhat kedatangannya dan mulai berkepo ria. Dari forum ini, aku berhasil mengetahui bahwa Chi Hoon adalah siswa jurusan seni dengan gelar cum laude.. Kece kan? Haha...
          Dia juga sekarang mulai berkecimpung di dunia per-modelan (?) baguslaah.. Tampang beken kan tidak boleh disia-siakan.. wkwkwkwk...  Dia namja yang baik, tidak berubah sejak dulu. Dia juga sekarang sudah seperti seorang halyu... Because of what? Chi Hoon sering kali disibukan dengan beribu-ribu pesan singkat dari para penggemarnya.. Prok Prok Prok... Bisa dikatakan, dia sudah sukses sekarang.. Kikikiki
          Sukses, baik, sopan, mudah berinteraksi dengan orang banyak, tapi sayang... Ia tak bisa mengembalikan getar hatiku lagi. Kini segalanya berubah, dimataku, dia adalah sesosok kakak yang tak pernah kumiliki. Sesempurna apapun dia, semulus apapun dia, dimataku kini dia adalah Kakakku. Menjadi seorang Kakak bagi Rinri tentu saja istimewa. Karena... Hanya sedikit namja yang bisa berdekatan denganku dan karena Chi Hoon adalah seorang yang sudah kuanggap sebagai Kakak (kini) maka ia akan bebas bergelayutan di duniaku.. Selamat Chi Hoon!!
||||
 Morning
           “Yeobboseyo Ri-ah..” sapa Hae Kyung. Tentunya via telpon 
J
          “Ah ye, Kyungie-ah... Miss u...” jawabku tak kalah heboh
          “Jinja? Gomaweoyo... Hmm, Ri-ah, hari ini aku punya barang lebih, jadi bisakah nanti siang sebelum kau berjualan kau mampir dulu ke kontrakanku?”
          Oooohh... Barang baru.. Okelah, mengingat barang kemarin hampir saja habis semua, maka mau tak mau aku harus mengambilnya sendiri.
          “Ne, aku akan kesana... Mungkin sendri, Cepat sehat ne!!!” Ucapku tekesan buru-buru.
          “YaaK!! Kau ini kenapa? Kenapa cepat-cepat?” tanyanya kelimpungan.
          “3 menit lagi kelas dimulai pabo! Tentu aku akan buru buru mengakhiri panggilanmu. Bye!!”
          Lalu akupun memutuskan sambungan secara sepihak. Sudah kubayangkan, wajah Hae Kyung yang kesal karena diperlakukan tidak adil oleh sahabatnya sendiri. Hahahah, suruh siapa menelpon disaat kelas akan berlangsung =_=
||||
          Langkahku terhuyung, kenapa rasanya rumah Hae Kyung jauh ya? Bukannya hanya 5 km dari Kampus? Issshh aku menyesal menolak tawaran Eomma mengenai sepeda motor itu... Huaa...
          BRRMMM
          Itu suara motor, dan taraaaa... Chi Hoon, kau datang disaat yang sangat tepat!
          “Butuh tumpangan?”
          Tentu! Aku ber-high five dengan segera menunggangi motor sport Chi Hoon. Kapan lagi bisa dibonceng cowok beken seperti dia?? Kesempatan ini harus digunakan sebaik-baiknya.. Kekekekeke~
          Ia merupakan pengendara motor yang baik, setiap rambu-rambu lalu lintas dipatuhinya, ada nenek yang menyeberang dia berhenti, dan yang terpenting, aku tidak dibuat kesal olehnya selama perjalanan kami. (padahal jaraknya dekat -_-) tapi tiba tiba.....
          BRAKK...
          Motor ini oleng dan BRUK aku terjatuh -_-
          IISSShhhhh!!! “Yak!! Chi Hoon! Kau becus dong!!!” teriakku.
          Tapi sayangnya Chi Hoon tak mengubrisku, dia malah bangkit walau sedikit merintih. Di hadapan kami, mobil audi berwarna silver terpampang manis. Rahang Chi Hoon mengeras. Aku tak tahu apa yang akan ia lakukan... Yang aku tahu ia hanya berjalan menghampiri mobil itu.
          Tadi, untung... Kami hanya terjatuh. Tidak cukup parah. Motornya hanya oleng lalu jatuh kearah samping.
          “Agassi gwenchana?”
          “Bawa dia ke pinggir!!!!”
          Banyak orang yang mengerubuniku. Pandanganku kabur, kepalaku terasa pening sekali. Aneh.... Kenapa sakitnya datang bersamaan dengan datangnya orang-orang ini ya?
          “Kepalanya berdarah!!!”
          Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar. Selebihnya aku tak tahu, karena setelah itu aku tak sadarkan diri.
          Hari demi hari berlalu, aku berhasil mengumpulkan data dari si pemilik audi silver miskin tatakrama itu. Jadi, sebenarnya.... Chi Hoon sama sekali tidak bersalah, dia seorang pengendara yang patut diberi 4 jempol. Tapi naasnya, seorang CEO muda dari Park Corp, si pengendara audi itu sedang mabuk. Dia (secara tak sengaja) menyerempet motor yang sedang kami kendarai. Chi Hoon bingung harus bagaimana, motornya sudah oleng. Ya, kalian bayangkan saja... Motor sport yang segitu besarnya oleng, maka tak ada jalan lain selain menunggunya jatuh.
          Tn.Park alias Park Chanyeol BODOH itu dengan enteng mengatakan bahwa ia sedang mabuk... Jadi dia tak bisa mengontrol dirinya. Kalau tahu begitu, kenapa ia bersikeras mengemudi?! Aku aneh, kenapa ada yang seorang CEO bodoh? Kami berdua beradu argumen. Aku yang tetap bersikuku meminta ganti ruginya, sedangkan tn.Park bisa-bisanya terus-terusan berkata “itu kan salahmu, kenapa menghalangi jalanku?”
          AAAARRHHH kalau saja ada palu doraemon, sudah kupukul kepalanya keras-keras... Mana ada alasan yang seperti itu?! Itukan sudah jelas-jelas salah dia!! Masih saja mau mengelak.. Dasar orang kaya! Selalu saja seenaknya.
          Emosiku sudah diatas ubun-ubun... Tapi Chi Hoon, si pemilik motor masih saja bisa-bisanya menenangkanku. Buktinya, kemarin saja, dia berkata “sudahlah, jangan diambil pusing.. Motornya kan tinggal diperbaiki, lagipula kalau aku mau, aku bisa saja membuang motor itu dan menggantinya dengan yang baru. Penghasilanku cukup.”
          Aku tahu.... Tapi setidaknya si SONGONG itu harus tahu kesalahannya. Bukan berarti mentang-mentang dia kaya dia bisa melakukan segalanya. Memang ada ya, hukum yang  mengatakan bahwa kamu yang biasa-biasa saja harus menuruti semua perkataan orang kaya. Tidak ada kan? Jadi aku tak salah jika menuntunya terus menerus.
          Aku takut? Tentu tidak. Dengar, aku memang yeoja, tapi bukan berarti aku lemah. Kalian mau bukti? Seantero kampus tahu bahwa aku yeoja yang garang. Aku seorang master Aikido, aku menjuarai lomba debat berturut-turut. Jadi kesimpulannya, aku sudah punya bekal jika ada yang macam-macam denganku. Termasuk si bocah SONGONG ini.
          “Masih marah dengan pria itu?” Chi Hoon, dia menemaniku sedari tadi. Termenung di tepi sungai Han yang jernih. 
          “Aku tidak marah, aku hanya kesal.” Jawabku.
          “Sudahlah, jangan marah... Bagaimana, kepalamu sudah baikan?” tanyanya.
          Oya, masih ingat dengan teriakan mengenai kepalaku yang berdarah? Itu benar. Kepalaku memang mengeluarkan darah yang cukup banyak. Appa dan Eomma histeris ketika sampai di rumah sakit. Kepalaku terbentur batu cukup keras, tapi tak menimbulakan cacat serius. Hanya luka yang.... Lumayan. Alhasil, hadirlah 8 jahitan dii kepala belakangku.
          “Sudah, ini bukan apa-apa... Ingat kata dokter? Ini hanyalah bekas benturan saja.” Ucapku sok bijak.
          Ia tertawa, bagussss.... Karena memang, seorang Rinri berkata bijak? Euuuwww... Rasanya aku ingin muntah.
          “Sejak kapan seorang Choi Rinri bisa bijak eoh?” ia bertanya dan sesekali masih saja terkekeh. IIIII aku kesal padamu Lee Chi Hoon!!!
          “Terserahmulah!”
          Dan setelah itu, aku kembali terdiam. Memandangi sungai Han yang tenang... andai saja hatiku setenang ini... Tentulah aku past akan berbahagia. Tapi kapan ya???
||||
         
          MWO??? Mataku terbelalak. Tak percaya dengan apa yang lihat sekarang. Dihadapanku ada plang bertuliskan TANAH INI AKAN DIBANGUN.
          Daerah yang biasa kami gunakan untuk berjualan akan dibangun? Lalu kami akan kemana? Bagaimana nasib Hae Kyung nanti? Kubaca plang itu dengan teliti. Hingga pada akhirnya akupun geram. Ternyata perusahan si SONGONG itu yang berulah. Aku bimbang... apa yang harus aku lakukan? Masa iya aku harus mencak-mencak marah dengannya. Apa hakku? Toh tanah ini telah dibelinya..
          AAaiiiHHH apa yang harus aku perbuat.. Aku mondar-mandir tak karuan di depan plang itu. Banyak orang yang menatapku aneh. Iya, aku tahu... Tingkahku memang aneh...
          AHA!!!!
          Ku tunggangi sepeda fixieku, dan mengemudikannya kearah Park Corp.
||||
          “Mau kau sebenarnya apa datang ke ruanganku gadis preman??”
          UURRRGHHHH... Kalau saja aku tak punya keperluan dengannya.. Habis sudah bibirnya itu kupelintir dari tadi!!!!
          “Aku ingin kau mencabut plang di daerah itu.”
          “Lalu untungnya untukku apa?” baliknya..
          DASAR PRIA BRENGSEK!!! Masih berpikir tentang untung rugi??? “aku akan bekerja diperusahaanmu tanpa perlu digaji selama 1 bulan.”
          “Memangnya kau terampil?”
          Kurang ajaarrr... Maksudmu mengejekku kah? Sabar Rinri, sabarr... “Aku mahasiswi ekonomi. Jadi kau bisa mengandalkanku. Hanya saja, aku bisa bekerja dimulali dari pukul 5.30 sore.”
          “Atas dasar apa kau memohon padaku?”
          Dasarr namja!! Kepo sekali bocah ini -_- tapi wajar sihhh.. “Temanku sakit, dan kios yang kujaga itu punyanya. Dia hidup mandiri, segalanya pas-pasan. Aku tidak mungkin membiarkannya berhenti.”
          Mataku menatapnya lurus-lurus. Mungkin gestur tubuhnya mengatakan ‘oh’ tapi matanya, ia seperti yang tercengang. Masa iya? Ooohh ternyata bocah angkuh ini bisa tersentuh juga hatinya.
          “Kita deal. Besok kau bisa mulai bekerja.” Ucapnya singkat.
          Semudah itu menerimaku? Penawaranku diterima? AAAAA KYAAAA!!!! Hae Kyung! Lihatlah! Betapa hebatnya sahabatmu yang satu ini.. wkwkwkwkwk.... Sangking senangnya, aku hampir saja akan meloncat.
          “Sesenang itukah kau?”
          “Tentu aku senang... Hae Kyung akan tetap bisa kuliah.” Jawabku berusaha sesantai mungkin. “Ah ne, sajangnim, sampai jam berapa aku bekerja?”
          “Sampai selesai jam kerjaku.” Jawabnya (lagi)
          Tunggu, apakah aku dipekerjakan hanya untuk menemaninya saja seharian penuh? Oh Tuhan.. Sanggupkah aku berlama-lama dengan anmja angkuh seperti dia??
          “Apa posisiku?” tanyaku.
          “Sekertaris pribadiku.”
          MWO??? O..0 diia sedang tidak bercandakan? Aku menawarkan diri untuk bekerja di perusahaan. Bukan untuk menjadi sekertaris pribadinya -_-. Memangnya itu seuai dengan bidangku??
          “Itu tak sesuai dengan bidangku Pabo!!!” aku geram. Jadi saja kata ‘PABO’ itu keluar secara tak sengaja.
          “Mau tidak?”
          Haiiisss... Baiklah baiklahh... Tak ada gunanya aku berdebat dengannya. Pasti ia akan maenag. Mau bagaimana lagi? Yang meminta bantuannya kan aku. Masa iya diberi hati minta jantung? Aku mengangguk pasrah... Eomma pasti senang mendapat kabar bahwa aku diterima kerja sebagai sekertaris pribadi -_-... Tapi coba saja kalau Eomma tahu aku bekerja untuk orang yang sudah membuatku celaka... Pasti dia akan mengamuk seharian.. kekekek~ oke hayalanku terlalu jauh.
          Aku merasa sudah tak ada lagi perlu dengannya. Maka aku memutuskan untuk keluar. Destinasi yang akan aku tuju adalah Eomma. Eomma harus membantuku masalah ini!! Eommaaaaa help me!!!
||||
          Sial! Perkiraanku salah! Eomma malah jingkrak-jingkrak saat tahu aku akan bekerja menjadi sekertaris pribadi seorang Park Chanyeol. Tak perduli sealot apa usahaku agar Chanyeol buruk dimata Eomma, Eomma tetap saja memujiku. Bahkan aku sudah menjelaskan bahwa aku bekerja disana demi Hae Kyung.
          Lihatlah, apa yang Eomma katakan. “Tak apaa.... Tindakanmu memang benar!! Kyaaa!! Kau jenius!!! Kau beruntung Ri-ah!!! Kalau saja Eomma masih mudah dan belum menikah, Eomma pasti sudah melamar kerja disana dan mendekati sajangnimmu itu..”
          Brrrr~ bulu kudukku merinding semua. Aku baru sadar, ternyata Eomma sudah tertular virus rabies! Bukannya sedih melihat anak gadisnya galau berat, ini malah jingkrakkan. =_+
          Aku masih saja diam memperhatikan tingkah Eomma yang seperti orang baru kesurupan.. Anganku melayang kebeberapa bulan yang lalu. Dimana segalanya masih sempurna, damai dan sentausa, bulan-bulan itu dimana namja yang bermarga Park itu belum hadir dikehidupanku!!!
          SRET... tanganku ditarik Eomma. Entahlah aku mau dibawa kemana, aku mengalah saja. Toh kalau aku melawanpun segalanya akan percuma...
||||
Esok harinya.

          Readers, jeball bantu aku ne... Hatiku mau copot rasanya!!! Ini adalah hari pertama aku masuk kerja!!! DUG-DUG-DUG... Hae Kyung tadi sudah menyemangatiku lewat pesan singkat, Chi Hoon memaksaku agar tidak berangkat, Eomma ber high five dengan Appa karena sebentar lagi aku akan masuk kerja.. Dari semua orang-orang yang dekat denganku, hanya Chi Hoonlah yang tahu seberapa tersiksanya aku....
          Chi Hoon... Lee Chi Hoon, bagiku kau adalah sosok kakak yang begitu pengertian. Terlepas bahwa sebenarnya dahulu kita pernah menjalin kasih.... Euuwww... Mengingatnya membuatku ingin ke toilet tiba-tiba..
          TAK... TAK.. TAK...
          Langkahku bersuara, ini semua karena sepatu laknat yang kugunakan. Kalau bukan Appa dan Eomma yang memaksanya, mana mungkin aku mau menggunakannya. Bayangkan saja, aku merasa hidup 6 tahun lebih tua hanya dalam hitungan jam.
          Di sebelah lift ada cermin, bayanganku terlihat menggelikan. Aku nampak seperti yeoja berumur 23 tahun... Oh Come’on!! Aku masih 17 tahun!! Muda ya? Iya... Karena aku masuk ke kelas akselerasi wkwkwkwkwk...
          “Anda sudah datang rupanya..” sapa gadis di depan ruangan Park sajangnim (whueeekkk)
          “Ah ne Yoona-ssi... Doakan aku betah ne..” Salivaku susah ditelan. Yoona tertawa, dia mengelus punggungku sayang.
          “Tenang, tuan Park sudah kami suntik rabies.. Dia tidak akan mengganggu.”
          Sial! Dia malah menakutiku. Kucubit pinggang molek Yoona, dia meringis. Puas kau Eon!!
          “Dasar dongsaeng galak! Sana masuk!!” titahnya.
          Aku jadi lupa tujuan awalku datang kemari... Yoona Eonni, aku baru saja mengenalnya kemarin. Ia seniorku disini. Orangnya ramah, sopan, cuaaannttiikkk sekali.. Aku sampai mengiranya bahwa dia kekasih Chanyeol. Tapi dugaanku salah -_- selain karyawan disini, ternyata Yoona Eonni adalah kakak sepupu sajangnimku.
          Kakak sepupunya manis, kenapa adiknya bisa seram seperti itu?? Hiii sudah.. Tak baik membayangkan hal buruk!!
          KRIEETT
          Pintu ruangan sajangnim berdecit, aduhh katanya kantor elit, kok pintu masih berdecit? Dasar! Dia duduk dibangku kebangsaannya, menatapku leat-lekat. Oh Tuhan, apakah aku telat masuk kerja? Kurasa tidak, aku bahkan datang lebih awal.
          “Kau membuatku menunggu.”
          Menunggu? Ada berkas yang menumpukkah? Kurasa tidak... *eh?
          Dia bangkit, lalu menarik tanganku keluar. Aku bingung, dia ini kenapa? Baru saja sampai masa aku harus keluar lagi? Kutarik lagi lenganku keras, ingatya... Aku master aikido, jadi kalian pasti tahu seberapa kuatnya aku.. Chanyeol? Lewat!
          “Jwesonghamnida sajangnim. Tapi anda akan membawa saya kemana?”
          Aku berusaha berbicara seformal yang aku bisa.. Karena apa? Sekarang dia adalah atasanku. Jadi mau tak mau aku harus bisa profesional.
          “Menemui Eommaku.”
          He? “Untuk apa?”
          “Jangan berisik.”
          Appa Eomma!!! Sudah kubilang bukan? Atasan anakmu ini sudah tidak waras -_-
 ||||
          Huaaaa... Rumah makan ini sungguh keren... Pasti makanannya mahal!!! Isshh!!1 Berusahalah agar tak terlihat kampungan Ri-ah! Bagaimanapun kini kau sudah resmi menjadi sekertaris pribadi seorang CEO muda!!!! Diseberang kami, ada seorang wanita paruh baya dan seorang yeoja yang amat cantik! Kalau dilihat-lihat, wajahnya hampir mirip dengan Chanyeol... Mungkinkah ia Kakaknya? Ya.. Bisa jadi bisa jadi..
          “Anyeonghaseyo Nyonya Park...” Akupun membungkuk 90 derajat.
          Beliau tersenyum, cantik sekali.. Dan wanita yang disampingnya, ia menatapku berkaca-kaca. Kenapa? Apakah ia sedih karena adiknya membawa wanita yang tak sepadan? Hei! Aku ini sekertarisnya!
          “Duduklah..” titah Eomma Chanyeol, dan tentu akupun menurut.
          Chanyeol dan Eommanya sibuk membicarakan bisnis, sedangkan aku dengan yeoja disamping nyonya Park (yang baru kuketahui bernama Park Yura) sama sibuknya tapi kami membicarakan tentang keuangan di Korea Selatan ini.
          Maklumlah, aku inikan anak ekonomi... Tentu saja senang jika diajak berbicara masalah itu. Dengan percaya diri, kukeluarkan segalanya yang kuketahui, Yura Eonni menatapku takjub. Bukan sok pintar atau apa, tapi umurku ini masih 17 tahun.. Dan aku sudah kuliah semester 4, saat SMA aku masuk kelas akselerasi.
          “Kenapa kau mau bekerja menjadi sekertaris adikku? Itukan bukan bidangmu?”
          Eh? Bagaimana ini? Haruskah kuberitahu alasan yang sebenarnya? Berdampak besar tidak ya? Tiba-tiba TRING! Aku punya alasan! “saat itu aku secara tak sengaja terserempet oleh sajangnim, dan aku meminta pertanggung jawaban. Ia menawariku posisi pekerjaan, maka aku mengambilnya. Bukankah begitu sajangnim?”
          Ku lemparkan tatapan memelasku padanya. Semoga saja ia mengerti dan mau berbohong (-_-).
          “Ne Noona.. Memang seperti itu..”
          Yes!!! Chanyeol!! Kau yang terbaikkk!!! Aku akan lebih giat bekerja!! Ingat janjiku!!
          “Mwo? Dia menyerempetmu?!!” Nyonya Park terbelalak. Kalau masalah menyerempet, itu aku tak berbohong. Ia memang menyerempetku bukan?
          PLETAK jotosan tebaik dari nyonya Park melayang di dahi Chanyeol, dan yang dipukul hanya bisa meringis. “Kau cidera nak??” nada bicaranya khawatir. Kyaa, aku jadi membayangkan beliau sebagai sosok Eommaku..
          “Ada, kepalaku terbentur cukup keras, hanya itu nyonya.”
          Nyonya Park menatap geram anaknya, lalu ia berpindah posisi duduk. Beliau menyuruh Chanyeol agar mau duduk disebelah Yura. Setelah beliau duduk disampingku, nyonya Park meraba sekitar kepalaku. Aku mengerti, ingin sekali aku menunjukannya. Tapi aku masih memikirkan nasib Chanyeol.
          “Nyonya, ini bukanlah hal yang parah... Tenang saja...”
          Tapi sayang, Nyonya malah menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tontonan ini Yura tertawa kecil. Sedangkan Chanyeol, hanya bisa bersiap-siap dimarahi oleh Eommanya.
          “Panggil aku Eommonim lalu tunjukan lukamu.”
          Otomatis aku dan Chanyeol kaget. Chanyeol menatap Eommanya seakan berkata ‘eomma, kau tak bercanda bukan?
          Nyonya Park tak mengubrisnya, ia berbalik menatapku, menunggu kata yang akan aku ucapkan.
          “Ne Eommonim, ada di belakang kepalaku.” Kuarahkan jemarinya menuju lukaku. Aku tak berani menempelkan jemari itu secara langsung, karena jujur lukanya masih belum sembuh total.
          Beliau memberanikan diri menyingkapkan rambutku, dan voila, tangannya bergetar, sepertinya ia ngeri melihat bekas jahitannya.
          “Omona! Ini parah Yeol~ kau ini! Dia itu gadis! Penampilan merupakan hal yang terpenting bagi seorang wanita!!!”
          Huuhhh, kalau saja Nyonya Park eh? Ralat.. Maksudku eommonim tahu bahwa aku benar-benar cuek dengan penampilan. Aku selalu terlihat menggemaskan kata banyak orang. Tapi kurasa tidak....      
          “Iyakah Eomma? Separah apa?”
          DEG.. DEG... DEG... Omona!! Dia mendekat!!1 Jantungku!1 Arrghh!!1 kenapa mendadak mogok gini sih? Bukannya aku sudah pernah berdekatan dengannya? Tapi kali inii beda.. Nada bicaranya, omo!!! Dia... Kyaaa... Jantung, bekerjalah dengan baikk.. Kalau tidak aku bisa mati sekarang!!
          Tangannya ikut menyingkap rambutku, baru saja 1 detik ia langsung menurunkan kembali rambutku. Ia nampak kaget. Aku beginipun karena kau bodoh!
          Ia kembali ketempat duduknya, wajah seperti yang panas dingin.. Cih! Lembek sekali, masa hanya karena melihat luka ia sampai sepucat iini! Aku tidak suka pria lembek!! Eommonim begitu ramah, ternyata aku mudah mendekatinya.
          Bahkan, sampai-sampai Yura eonni dan sajangnimku kami cuekin. Aku dan Eommonim membicarakan segala hal, mulai dari bisnis, jenjang pendidikanku, hobiku, masakan, dan masih banyak lagi.
          “Ekhemm..” Deham Chanyeol.
          Aku dan Eommonim refleks langsung menatapnya.
          “Kurasa ini sudah malam, dan tidak baik gadis sepertinya pulang larut.”
          Sudah malamkah? Kulirik arloji coral-ku, What?! Jam 10 malam? Berarti kami sudah berbincang-bincang kurang lebih 3 jam!! Oh my! Ini masuk rekor di hidupku!! Bayangkan, berbicara dengan keluarga sajangnim sendiri selama 3 jam!! Apalagi mereka ramah-ramah! Aku seperti punya 2 keluargaa.
          “Ah iya, tidak terasa... Aahhh Yeollie, kapan-kapan bawa Ri-ah kerumah ne?” pinta eommonim.
          Chanyeol sempat ragu, namun saat melihat aku memberoi tatapan ‘iya aku bersedia’ maka ia mengangguk. Jujur, aku tak keberatan, karena tadi disela-sela pembicaraan kami, Eommonim mengatakan bahwa ia sangat pensaran masalah skill memasakku.
          Aku senang, berarti ini saatnya aku menunjukan kemampuanku selain kepada Chi Hoon, teman sejurusanku, Hae kyung, Appa dan Eomma.
          Aku berdiri, lalu memberi salam. Yura Eonni menatapku bahagia, aku bingung, kenapa dari tatapannya tak berubah ya? Apa ada yang salah denganku hari ini?? Sudahlah, aku tak perlu memikirkannya lagi, because of what? Chanyeol sudah menarik-narik tanganku layaknya sapi. Merengek minta pulang secepatnya.
          Kenapa dia terburu-buru, lagian Appa dan Eomma tak akan keberatan jika aku pulang jam 12 malam pun. Aku ini kan yeoja yang STRONG!!! Hihihihi, mereka berdua memang sudah percaya sepenuhnya padaku. Jadi aku tak perlu khawatir lagi..
          Di mobil, Chanyeol terlihat frustasi. Dia ini sebenarnya kenapa sih?? Tunggu, inikan sudah diliuar jam kerja, maka dia bukan lagi sajangnimku kan?? Arra, aku bisa memanggilnya sesukaku.
          “Yak namja bodoh! Kau ini kenapa? Bisa menyetir tidak?”
          “..........”
          “Heeii!!! Kalau kau tak fokus, biarkan aku saja yang menyetir! Aku bisa!”
          “.........” aku kembali di kacangin -_-
          Oke, cara kasar tak mempan, maka aku harus baik-baik.
          “Kau kenapa sajangnim? Ada yang bisa kubantu??”
          “Haaa... Bisakah kita tukar posisi?” katanya.
          Tadikan sudah kutawarkan Pabo!! Aku tersenyum mengiyakan, mobil menepi dan kami bertukar posisi. Dia kagum menyaksikan kelihaianku dalam menyetir, hehehe... Maklum, aku sering meminjam mobil Eomma sebagai bahan uji coba..
          “Ini sudah bukan jam kantor, maka aku akan memanggilmu tanpa embel-embel sajangnim arra?” kataku memecah kesunyian.
          “Kalau kau mau, di kantorpun kau tak perlu memanggilku sajangnim.” Balasnya.
          Namja ini ramah juga rupanya, kukira hatinya sekeras batu..
          “Sebenarnya kenapa kau ingin buru-buru, padahal sampai jam 12pun aku tak apa..” ingin tahu sedikit tak apa kan?
          “Kau bisa jaga rahasia?” tanyanya dengan mimik serius. Oh oke, ini forum serius rupanya..
          “Kau tak percaya padaku?” tanyaku sinis.
          dia terkekeh sedikit, lalu tersenyum. Demi Poseidon, senyumnya menawan sekali... Tuhan, kenapa kau menciptakan namja semanis dia?
          “Eomma dan Appaku berpisah sejak aku masih bayi, aku kira aku anak tunggal. Aku dibesarkan oleh Eomma dengan penuh kasih sayang dan aku tak keberatan. Di SMA aku menemukan cinta pertamaku, dia sunbaeku. Dia cantik, ramah, dan pintar. Banyak orang memujanya, tapi dia paling dekat denganku. Tentu aku merasa tersanjung. Kau masih ingat hari apa aku menyerempetmu?” tanyanya tiba-tiba.
          “Tentu, itu hari Kamis kan?” pastiku.
          “Ne, itu hari Kamis, hari dimana aku akan mengatakan perasaanku padanya secara live haha... Tapi saat aku akan berangkat, Eomma mencegahku dan menceritakan sebenarnya aku punya Kakak, dan kau tahu.. Yang muncul ialah Park Yura. Sunbae yang selama ini aku cintai. Bayangkan betapa jatuhnya aku saat itu. Orang yang aku cintai ternyata Noona-ku sendiri. Alasan Noona tinggal bersama kami, karena 1 tahun yang lalu Appa meninggal, Noona bingung. Maka Eomma menjemputnya senang hati. Kau tahu, sulit rasanya melupakan dia... Dan yang lebih parahnya lagi, dia sudah tahu bahwa aku namdongsaengnya! Alasan mengapa ia begitu dekat denganku tak lain dan tak bukan karena aku memang saudara kandungnya. Aku frustasi, aku patah hati. Lalau kuputuskan untuk pergi kesebuah klub. Disana aku minum sepuasnya tanpa mau memikirkan apa-apa. Dan naas, aku menyerempetmu. Mian... Sungguh hari itu aku sungguh pusing.”
          Aku melongo, jadi itu alasannya. Aku mau mengubah pendapatku tentang ‘namja lembek’ dia tak selembek yang kukira. If i were him, mungkin aku sudah gila. Tapi dia, dia masih bisa bercanda denganku. Kita ambil contoh kisahku, ditinggal keluar negeri saja aku mogok bicara 4 minggu, tapi dia? bahkan esoknya sudah terlihat seperti biasa. (karena besoknya aku langsung mengganggu hidupnya yang menyedihkan itu)
          “Tak apa, kau pria yang hebat!” Kuhadiahi dia dengan senyum termanisku.
          Mulai dari hari ini, aku akan mencoba agar tak menyulut genderang perang duluan. Sial kau Chanyeol! Kau berhasil membuatku kagum!!
          Sesaat waktu seperti terhenti, untung jalanan sepi (bahkan kosong) jadi aku tidak perlu takut akan menabrak pengemudi lain. Dia berbalik tersenyum. Senyum yang kusukai, Omo!!! Jantungku, mogok lagi -_-
          “Berhenti tersenyum seperti itu, atau kita akan menabrak sesuatu.” Ujarku dengan nada cuek..
          “Sebegtu terpesonanya kah kau??” Cih! Godaanmu tak mempan Pabo!
          “Ani, mana mungkin aku terpesona dengan namja rabies seperti kau..” Aku tertawa sedikit, bertujuan agar dia mengerti bahwa itu hanya candaan saja.
          “Maafkan aku salah menilaimu” desisnya pelan.
          Kutepikan mobil ini, takut
takut konsentrasiku terbagi dan kejadian yang tak kami inginkan terjadi (maksudku kecelakaan)
          “Dulu, kukira kau seperti yeoja jadi-jadian, tapi aku salah persepsi.” Lanjutnya.
          Baguslah kalau dia sadar, tak sopan dia menganggapku yeoja jadi-jadian =_+ “Maafkan aku juga, awalnya aku mengira kau namja sekeras batu.”
          Di tersenyum (lagi) dan hatiku habis bensin sehingga tak mau berdegup (lagi). Badannya condong ke arahku, mendekat. Jantungku yang asalnya terdiam kini berdetak 2 kali lebih cepat. Aisshh aku jadi bingung dengan kinerja jantung -_-.
          Perasaan gugup ini bahkan melebihi gugupku saat bersama Chi Hoon dulu. Padahal aku dan ChiHoon pernah menjalin hubungan cukup lama.. Desirannya tak sekuat ini, bahkan aku berani bersumpah.. Kini aku sangat tak ingin kehilangannya.
          “Terimakasih Ri-ah...  Kau membuatku merasa lebih baik.” Setelah itu, ia kembali ke posisinya dan aku kembali mengemudi. Eomma, Appa.. Perkataan kalian benar, aku tak akan menyesal bekerja dengannya.
||||
          2 minggu sudah aku rutin mengunjungi Eomma Chanyeol.. Dia memaksaku untuk datang kerumahnya, padahal tanpa dipaksapun aku pasti akan datang.. Semua orang senang akan kedekatanku dengannya kecuali Chi Hoon. Dia selalu malas jika aku membahas Chanyeol, ia selalu mengalihkan pembicaraan, pura-pura lupa tadi topiknya apa lah, atau yang paling ‘oldie’ adalah menyogokku dengan traktiran makan.
          Hari ini hari Minggu, dan aku libur kerja. Aku sedang berkumpul bersama Appa, Eomma dan Chi Hoon di ruang tengah. Kami asyik membicarakan perihal bisnis yang baru Eomma akan rintis. Tapi semakin kesini, topik mulai melenceng, Eomma dan Appa jadi menyudutkanku masalah namja.
          Mendengar kata namja, Chi Hoon mulai berbinar. Chi Hoon, maafkan aku, kali ini bukan kau orangnya. “Belum ada yang menarik Eomma” ucapku sebiasa mungkin. Aku tahu Chi Hoon kecewa.. Hoonie, mianhe ne, bagiku kau hanyalah Kakakku. Bukankah posisi itu sudah istimewa?? Lagian apa yang kau harapkan dai yeoja datar sepertiku? Harusnya kau mencintai salah satu rekan agency-mu saja. Mereka nampak lebih sempurna dibandingkan aku..
||||
          Sejak saat itu, Chi Hoon mulai menjauh. Aku yakin dia kecewa berat. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak mungkinkan bilang bahwa aku memang tertarik pada Chanyeol didepan mereka.
          “Ri-ah, temanku punya kelainan yang aneh” Ujar Yura Eonni dengan suara yang keras, pasalnya jarak aku dan dia lumayan jauh.
          Aku sedang diam menunggu Eommonim pulang, beliau memintaku menginap di rumahnya untuk hari ini. Eomma dan Appa setuju asalkan aku bisa menjaga diri.
          “memangnya kenapa Eonn?”
          “2 hari yang lalu ia mengalami kecelakaan yang cukup serius dan menyebabkan kinerja otaknya menganeh.”
          Dahiku mengernyit, otak? Aku suka pembicaraan tentang hal ini. “Ceritakan padaku.” Pintaku.
          “Tadi Eommanya mengirim pesan, katanya ia tak berhenti mengucapkan kata TANG TANG TANG TANG... Aku bingung, kira-kira dia kenapa ya?”
          Aha!! “Menurut perkiraanku, sepertinya ada kelainan di Broca domainnya. Broca domain adalah bagian dari otak kiri. Broca domain bertugas untuk memberikan perintah pada mulut. Orang yang menemukan Broca domain ini adalah dokter bedah sekaligus antropologi Perancis yang bernama Paul Broca.”
          Yora Eonni menatapku dengan bibir yang setengah terbuka. Dia ini kenapa? Setiap berbicara denganku, hasilnya selalu sama.
          “Kau jenius! Aku harus memberi tahu Eommanya!!!” lalu Eonni-pun kembali menghilang.. Dasar Eonni, tapi begitu-begitu juga aku menyukainya. Menyukai kesupelan dari Yura Eonni. Di zaman sekarang, jarang-jarang ada yeoja sepertinya. Pantas saja Chanyeol pernah menyukainya, ani.. Bahkan mencintainya. Kalau aku ingat hal itu, rasanya seperti ada yang memukul tulang belakangku kuat-kuat.
          “Na Waseyo!!!!” suara berat dari seorang namja dan Eommonim berpadu. Mereka sudah pulang, untung tadi aku sudah memasak. Aku harap mereka sedang lapar.. Kalau tidak, siapa yang akan meghabiskan semua ini?
          “Ri-ah!!! Kau sudah datang!! Lihat Eomma bawa apa untukmu!!”
          Eommonim memang seperti itu, dia sangat ramah, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai Eomma ke2 bagiku. 
Eommonim mengahampiriku dengan sedikit berjingkrak dan itu membuat aku dan Chanyeol terkekeh pelan. Coba kalian berimajinasi, ada seorang wanita paruh baya berjingkrak, itu hal yang menggelikan kawan.
          Dengan bangga, Eommonim memperlihat sebuah gaun berwarna Putih cantik. Beliau menari bersama gaun tersebut lalu menarikku ke kamar tamu.
          Beliau menyuruhku untuk berdandan, ada apa sebenarnya??? Ini kenapa aku ditarik-tarik?
Setelah selesai dan puas, Eommonim menyuruhku untuk menghampiri Chanyeol.
          Saat aku keluar, wajah Chanyeol seperti autis sekejap. Dia tak berkedip cukup lama.. Ku akui, aku memang tampil cantik. Dan Eommonim berhasil mendemoku untuk menggunakan High heels yang sudah ia siapkan.
          “Kuharap kau akan menyukainua Ri-ah” Chanyeol berbisik tepat pada telingaku, dan itu membuatku bergidik ngeri. Brr.. Apa yang akan namja rabies ini lakukan??
||||
          Mataku terpana saat melihat sebuah bangunan cantik ini. Segalanya tertata apik dan simpel! I love it!
          “Ini punyamu dan Hae Kyung”
          Ciaaaattt.... Oke, mungkin aku terlihat cengo kali ini.. Tapi memang benar, aku sama sekali tak mengerti maksudnya. Seakan mengerti, iapun melanjutkan penjelasannya.
          “Mungkin kau bingung, tapi... Ini adalah butik kau dan Hae Kyung. Hargailah perjuanganku, kau tahu? Berpuluh-puluh kali aku memelas pada kedua orangtuamu agar memperbolehkan kau mengelola bisnismu sendiri.”
          1... 2.... 3.... 4... 5... Seseorang, tolong tampar aku!!! Pastikan bahwa aku tidak bermimpi!!!
          “Tapi kalau begini namanya bukan usahaku dan Hae Kyung, melainkan usahamu. Kau hanya menitipkannya pada kami.” Elesku. Jujur, aku kurang enak. Dia terlalu baik menurutku.
          “Kau menyukai desainnya?” 
          Cih! Aku sudah tahu akal bulusmu Chanyeol! Kau pasti tak akan mau membahas hal itu, makanya kau alihkan ke topik lain. Baiklah, kalau kau tak suka. Terimakasih Yeol-ah!
          “Ya aku menyukainya, tapi aku akan lebih senang kalau bangunan ini hasil dari kerja kerasku dan Hae Kyung.” Rajukku.
          Sesaat setelah aku mengucapkan kalimat terakhir, kurasakan ada sepasan tangan yang mencengkram kedua bahuku.
          “Hargai usahaku Ri-ah... Aku ingin kau senang, hanya itu dan cukup itu.”
          DEG............
          Chanyeol Pabo!!! Kenapa kau suka sekali emmbuatku shick seeprti ini haaahhh!!!!!
          “0-oke.. a-ak-aku menyu-kainya..” Hanya kalimat itukan yang ingin ia dengar?
          Kurasakan cengkramannya merenggang, aku diajaknya berkeliling. 






Kalian tahu? Chanyeol memang kreatif!! Butik ini berbeda!! Ini terkesan seperti kamar seorang gadis. Tatanannya begitu artistik, dan sangat luas. Mungkin saat kau masuk kau akan ditemui dengan kasur dan yang lain-lain tapi cobalah masuk kedalam (kearah kanan) kau akan disuguhi dengan pemansangan yang luar biasaaa!!! Tapi satu hal yang kalian harus ketahui, bisnis yang aku inginkan bukanlah sebuah butik.. Melainkan, sebuah cafe.. -_- Tapi masa iya, sudah dikasih meminta lebih??
          “Kau kenapa? Kau kurang suka?” tanyanya. Seperti yang kuduga, dia selalu tahu aku. Mau bagaimanapun itu!
          Sepertinya jujur merupakan pilihan terbaik! Karena aku memang tak akan pernah bisa berbohong dihadapannya pemirsa..
          “Boleh aku jujur?” tanyaku hati-hati.
          Dibalasnya pertanyaanku dengan senyuman. Sungguh, ingin sekali aku mencubit bibirnya itu!! Dia sangat lucu!!!
          “Sebenarnya aku memang kurang berminat dengan butik. Oke, aku bukan ingin melunjak, hanya saja... Jiwaku bukan bersama butik. Aku mengelola stand baju kecil hanya karena ingin membantu temanku, Hae Kyung..”
          Oke, semuanya sudah transparant. Tak ada lagi yang aku tutupi. Aku heran dengan responnya, kenapa ia malah tertawa? Harusnya ia kesal bukan?
          “Seperti yang sduah kuduga, tapikuharap kau tak kecewa.”
          Ia kembali menarik tanganku. Isssshhh kenapa seharian ini tanganku ditarik-tarik terus sih? Mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang, dan tak lama kemudian kami terhenti. Disini, terletak 2 buah bangunan. Oh C’mon Chanyeol,  jangan bilang kau punya kejutan lain untukku!!!
 “Kau mau kukenalkan dengan yang mana dulu?” tanyanya enteng.
          Seenteng inikah?? Kau bercanda Chanyeol!! Mana mungkin aku membangun 3 bisnis sekaligus!!!
          “Yang mana saja dulu”
          Perlahan dia mengajakku ke Cafe yang pertama. Aku menyiapkan batinku agar tidak terlalu terpana dengan segalanya... Ayolah, aku ini gadis menengah yang jarang sekali melihat barang mewah...
          “Ini Cafe milikmu pribadi... Kuharap kau tidak kecewa..”










Omona!!! Pastikan aku tak pingsan Tuhan!!!! Chanyeol must be kidding!!! Ini tidak lucu!!! Klasik, unik, dan country sekali!!!
          “Chanyeol.....” Kugenggam tangan Chanyeol kuat-kuat. Chanyeol mengerti, lalu ia melingkarkan tangannya dipinggangku, menahan agar aku tak merosot jatuh.
          “Apa yang harus aku lakukan untuk membayar ini semua??” Aku bertanya sungguh-sungguh, aku terlalu bingung memikirkan balasan apa yang setimpal untuknya, bukan hanya untuk cafe ini, tapi untuk tawaku, senyumku, bahkan hatiku.
          Dia kembali menatapku, tatapannya begitu teduh, dan disaat aku lengah, ia mencoba memelukku erat. Padahal, jika tak saat aku lengahpun aku mau dipeluknya. Dipeluk namja yang sduah berhasil menaklukan hati, namja yang sukses membuatku mengenal cinta untuk kedua kalinya. Entah perasaan darimana, tapi aku yakin, kali ini adalah yang terakhir.
          “Cukup dengan cara kau bernafas dalam jangka waktu lama.”
          I do Yeollie,
          “Dan kau harus bersamaku sampai ajal menjemputku, menjadi satu-satunya wanita dihidupku dan calon ibu bagi anak-anakku.”
          GLEK, ludahku mana?? Kenapa terasa kering??
          “Maukah kau menjadi yeojaku? Aku tahu kita sama sekalii tak berpacaran atau apalah, aku hanya tak mau kau direbut namja lain. Hanya boleh aku!!”
          Dia masih memelukku, perkataannya memang terdengar posesiv. Tapi aku suka, bahkan sangat suka!
Kuanggukan kepalaku, aku sengaja tak berkata. Jangan salahkan aku, salahkan pita suaraku, kenapa mendadak macet! (?)
          “Yeol-ah, Cafe yang disamping itu untuk siapa??” Suasana romantis lenyap seketika, merasa terganggu akhirnya ia lepas juga pelukannya.
          “Untuk Eomma-mu, aku yakin dia akan senang! Kalian kan punya hobi yang sama.”
          Eomma? Sebegitu perdulinyakah ia terhadap nasib keluargaku?? “Kau berlebihan Chanyeol... Lalu bagaimana nasib butik cantik itu? Bolehkah aku berikan pada Hae Kyung??”
          Ia mengangguk, tapi ada yang tidak sukai, evil smilenya itu muncul!!! Kyaa -_- dia pasti ada maunya!!!
          “Asalkan kau mau menikah denganku 1 minggu lagi.”
          Tuhkan!!! Ada saja!! Tapi kalau syaratnya itu, aku tak punya alasan untuk menolaknya.
          “I will Yeobbo~”
          Kata-kata menjijikan itu muncul juga pada akhinya 
J aku lega. Terlihat ekspresi terkejutnya saat aku memanggil dia dengan sebutan ‘yeobbo’
          Terserah dia mau mengejekku atau apapun itu, yang terpenting akhirnya aku bisa memanggilnya dengan sebutan itu. Menandakan bahwa dia memang milikku.
          “I’m yours Ri-ah, and you dont have to be worried..”
          See? Dia bahkan sudah bisa membaca pikiranku. Chi Hoon, lihatlah, aku sudah berhasil menemukan penggantimu. Maka cepatlah cari penggantiku!!! Saranghae Oppa, terimakasih sudah pernah memperjuangkanku.

END

0 komentar:

Posting Komentar

 

Untouchable world Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang