Selasa, 08 April 2014

Nae Yeoja


Tittle   : Nae yeoja
Genre : Romance, sad (?), AU!
Length : Oneshoot
Author : Chaca Natasya A.K.A Choi Rinri
M.Cast : Choi Rinri
         Park Chanyeol.
        Holaaa Halooooooo.... I’m back with this coupleee...... Ingat.... Ini bukan MAGMA and EXO arra? Ini AU. Byee... Baca Arra!!! *maksa.
||||
          Banyak orang mengira bahwa hidup seorang Park Chanyeol itu sempuna.  Tapi nyatanya TIDAK... Chanyeol kaya, dia digandrungi banyak wanita, dia pintar, tapi dia tak pernah merasakan pengalaman dimana ia bisa tertawa bebas bersama orang yang ia cintai.
          Ia tidak tahu apa rasanya jatuh cinta, terkadang dia bingung, mengapa orang bisa berubah menjadi gila saat jatuh cinta. Karena orang diluar sana tidak tahu dan tidak akan pernah tahu, bahwa selama ini  Chanyeol hidup dengan keluarga angkatnya. Pernah ia sekali berkunjung ke panti asuhannya. Awal tempat dimana ibu panti (malaikat baginya) menemukan bayi tak berdosa macam dia. Nama asal Chanyeol adalah, Jang Kak Kyung. Tetapi karena keluarga yang mengasuhnya itu bermarga Park, akhirnya mereka menggubah nama Kak Kyung menjadi Park Chanyeol.
         
Bukan berarti kasih sayang kedua orangtua angkatnya itu kurang. Ia merasa ia masih menyisakan ruang kosong dihatinya. Masih ada yang kurang, entah itu untuk siapa. Senyum Chanyeol yang selama ini ia pasang semata-mata hanya di depan orangtua angkatnya saja. Ia hanya tak ingin malaikat lain yang ia miliki terluka.
          satu kotak makan mendekat kearahnya, ia menoleh kearah asal kotak tersebut. Namun nihil, ia tidak pernah menemukannya. Selalu seperti ini, dan bukan hanya satu kotak makan yang dapat ia kumpulkan dalam sehari. Nasib para kotak makan tersebut biasanya berakhir di tangan Baekhyun, teman setia Chanyeol.
          Chanyeol bosan dengan keadaan ini, ia pernah juga bertanya, sampai kapan aksi para gadis gila itu terhenti. Kapan dunia ini tahu bahwa dia telah muak dengan semua drama omong kosong ini?? Kapan?? Kapan ini semua akan berhenti??? Chanyeol tidak tahu. Dan dia membiarkan dirinya tertimbun dalam kepenasaran.
          Baekhyun datang mendekati Chanyeol, berniat untuk meminta ‘jatah makan siang’nya. Chanyeol dengan malas memberikan setumpuk kotak makan itu. Ini memang sudah menjadi rutinitas mereka, rutinitas yang menurut mereka awam
............................
          “Eomma, kau mau menu apa untuk makan malam kita?? Aku akan membuatkannya...” Tawar Chanyeol manis. Sifatnya memang akan berubah 180º jika sudah berada di rumah. Eomma-nya tersenyum, menurut beliau Chanyeol merupakan anak penurut dan manis. Terlebih karena Nyonya Park tidak memiliki anak lagi, jadilah Chanyeol satu-satunya harapan keluarga kecil mereka. Mereka adalah keluarga kecil dengan hidup yang serba kelebihan. Maksudnya, mereka terlalu kaya. Mungkin jika harta mereka dibagi 7 turunan-pun tak akan habis.
          Nyonya Park menepuk pelan bahu Chanyeol serta tak lupa mengusap penuh kasih sayang rambut anknya itu. “Kau manis sekali, Eomma heran, kenapa tak ada satupun gadis yang kau kenalkan pada Eomma. Eomma yakin, banyak sekali gadis yang menggadrungimu, apalagi jika mereka tahu kau semanis ini..”
          Chanyeol menjauh dari posisinya, ia menatap Eomma-nya garang. “Eomma, kita sudah pernah membahas masalah ini bukan? Lebih baik Eomma sekarang beri tahu aku, apa yang ingin kau makan?”
          Nyonya Park mengangguk lemas. Chanyeol memang sensiitif jika telah disinggung masalah wanita. Beliau bingung, memangnya tak ada ya barang satupun wanita di universitasnya itu yang menarik? Beliau rasa, disana banyak sekali wanita cantik. Atau apa karena selera Chanyeol yang terlalu tinggi? Membayangkan  hal itu membuat Nyonya Park menggidikan bahunya.
          “Terserah kau saja,  yang penting enak. Awas kalau tidak!” Nyonya Park bertingkah layaknya sedang mengancam Chanyeol dan otomatis itu membuat Chanyeol tertawa pelan. “Lalu bagaimana dengan Appa? Appa mau makan apa?”
          Nyonya Park mengerlingkan matanya. “Apa saja! Sana buatlah makanan yang enak! Kalau tidak, kau kupecat dari dapurku!”
          Chanyeol terkekeh kembali. “Arraseo Chef!”
          Ia membalikan tubuhnya dan memulai bertarung dengan sejumlah bahan baku. Berulang kali mencoba masakannya. Takut-takut apa yang ia buat gagal. Hasil akhirpun selesai. Chanyeol menatap puas meja makan keluarga Park yang super besar itu. Disana terletak bermacam-macam lauk pauk dengan tampilan yang menarik. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti tergiur.
          “Whoaaaa.... Anak Appa hebat!!!” Tuan Park berlari kearah meja makan itu dan segera mengambil posisinya. Istrinya, ikut mengekori dari belakang. “Sudah jadi Chef, saya akan senang jika Chef mau memberikan komentar yang membangun.” Ujar Chanyeol tetap dengan sandiwara yang tadi ia buat.
          “Baiklah..” Nyonya Park mengambl sendok kecil dan mulai mencicipinya. Sedang Tuan Chanyeol malah menahan tawanya. “Perfect! Yeol-ah! Sandiwaranya kita akhiri saja ya... Eomma tak tahan ingin makan.....”
          “Hahahahahahahah.....” Tawa tuan Park menggelegar. Tangannya menarik tubuh sang istri agar segera duduk disampingnya. Chanyeol mengerti, ia lepaskan apron yang sedari tadi  gunakan dan mulai mengikuti jejak kedua orangtuanya itu. Makan malam dengan tenang.
          Di pagi hari, Chanyeol terbangun dari mimpi indahnya. Ia berjalan gontai menuju kamar mandi dan bersiap untuk menjalanai hari baru. Ketika dia ingat bahwa hari ini ia ada jadwal kuliah, langkahnya langsung memelan. Di dalam otaknya telah terpaku sebuah opini yang mengatakan “Menghadiri kuliah = serbuan tak penting.” Yap! Chanyeol kurang menyukai kebisingan yang kerap kali para fansnya itu buat. IA kana lebih tersanjung jika para penggemarnya itu mulai meninggalkannya dan menjalani jalan hidup mereka masing-masing. Menurutnya, harusnya mereka itu sadar. Bahwa sekeras apapun merka mencoba, hal itu tak akan mempan untuknya. Hatinya sudah beku.
          Kecuali jika ‘suatu saat nanti’ hadir seorang wanita pembawa kehangatan. Itu pula masih suatu saat nanti. Bukankah ‘suatu saat nanti’ itu waktu yang cukup lama?
          “Yak!!! Kemana semangat musim panasmu?? Ayo Derp King!!!” Halau Baekhyun sengaja. Chanyeol menggelengkan kepalanya dan menatap Baekhyun malas. Memangnya Baekhyun tidak punya kerjaan lain selain mengganggunya?
          WHUSSHH...
          Angin yang berhembus kencang meyadarkan Chanyeol akan sesuatu. Diaman suatu hal itu yang membautnya menghentikan langkah. Ia tak tahu ada apa, tapi hatinya memerintahkan seluruh anggota tubuhnya untuk berhenti sejenak dan menatap sekeliling. Segalanya terasa aneh, Chanyeol merasa udara disekitarnya mendadak manis.
          Pemandangannya juga bersemu warna merah jambu. Ada apa? Apa ia sedang ber-fatamorgana? Ia rasa, cuaca tidak terlalu ekstrem, jadi tak mungkin kan ini fatamorgana? Mendadak pergerakan semua orang menjadi lambat, dan lama-kelamaan bayang-bayang manusia itu hilang tergantikan dengan sosok gadis manis yang setia menyembunyikan wajahnya dibalik buku tebal itu.
          Kaki Chanyeol tergerak dengan sendirinya, menuntun ia mendekat ke arah gadis itu. Hatinya bergetar, ia ingin berhenti dan melanjutkan perjalanan awalnya, untuk menuju kelas. Tapi sayangnya, tubuhnya ini hanya menurut dengan apa kata hatinya.
          Tinggal beberapa meter lagi, Baekhyun berlari menuju Chanyeol  dan menepuk bahu pria itu.
          DEG....
          Chanyeol tersadar, ia membalikan tubuhnya dan pergi melalui Baekhyun. “Issshh.. Anak ini selalu saja begini!!!!” gerutu Baekhyun, namun mau tak mau akhirnya ia mengikuti Chanyeol.
.......................
          Detakan jantung Chanyeol semakin tak menentu tatkala saat tadi di cafetaria, ia melihat gadis yang sama dengan yang ia temui pagi itu, sedang mengecap minuman yang ia ketahui bernama bubble tea. Chanyeol tak tahu, sebenarnya seberapa istimewa gadis itu, hingga bisa-bisanya ia mencuri perhatian dan segala upayanya.
          “Apa yang kau perhatikan?”
          Hatinya berdesir, kenapa yeoja itu dengan instant bisa berpindah tempat? Gadis itu bukanlah bagian dari jin kan?
          “Aku tanya kau ini kenapa?” Gadis itu melambai-lambaikan tangan di depan wajah Chanyeol. “Apa kau tidak bisa dengar?”
          Chanyeol menggeleng, menatap gadis itu sekilas lalu kembali memasang wajah Poker Face-nya. Chanyeol tahu, dibelakang mereka, fans-nya itu pasti sudah kasak-kusuk tak jelas. Jika ia tak mau gadis ini terluka, maka bersikap dingin ialah pilihan yang tepat.
          “Kau membosankan! Ternyata mata gadis disini rusak semua!” Gadis itu menghentakkan kakinya setelah ia berhasil memukul keras bahu Chanyeol.
          “.............................”
          Chanyeol mengambil jeda yang cukup lama, matanya tak kunjung pula berkedip. Apa dia bermimpi? Kalau iya, maka ia akan berusaha agar tak terbangun dari mimpinya itu.
          BRUKK.....
          “Hei Bocah membosankan! Minum ini! Kau terlihat kurang sehat...” Gadis itu memberikan Chanyeol sekaleng jus jeruk yang baru ia beli tadi. Gadis itu merasa Chanyeol sama seklai tidak meresponnya. Karena kesal, akhirnya ia menngguncangkan bahu Chanyeol sekasar mungkin. Gadis ini tidak sadar, sedari tadi sekelompok gadis gila dibelakangnya itu siap mengahajarnya jika ia berani melukai tubuh Chanyeol 1 mm-pun.     “Minumlah!! Vitamin C nya baik untuk tubuhmu!!”
          Dengan bodoh, Chanyeol hanya mengangguk dan meneguk jus jeruk itu dalam 1 tegukan. “Whoaaaaa..... Kau kehausan rupanya!! Kenapa tidak dari tadi saja ya aku menghampirimu?”
          “Pergilah. Jangan ganggu aku.”
          Perkataan dingin Chanyeol sukses membuat gadis itu tersentak. Detak jantung gadis iitu melambat. Ia tahu Chanyeol bukanlah orang yang bersahabat, tapi ia tidak tahu kalau responnya akan seperti ini. Ia ingin menjitak kepala Chanyeol keras-keras, namun saat ia tahu bahwa ini sudah waktunya untuk ia (rahasia) ia berlari menjauhi Chanyeol. Gadis itu berharap, bahwa ketelatannya akan ditolerir.
          “Mianhe......” desis Chanyeol. Chanyeol kira gadis itu pergi karena ulahnya. Huh! Dia salah ebsar! Gadis itu tak mudah marah! Mana mungkin gadis itu pergi hanya karena sentakannya.
||||
          Jadwal kuliah yang biasanya Chanyeol hindari, kini malah ia nanti-nanti. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah gadis itu. Gadis aneh yang ia sendiri tak ketahui namanya siapa. Hari ini Chanyeol akan memberanikan nyalinya yang hanya sebesar biji zarah itu, ia sudah berada di tingkat ke-ingintahuan tertinggi. Ia hanya ingin tahu, kenapa gadis itu begitu giigh dalam usaha mengubah tabiatnya.
          Memangnya tabiat Chanyeol seburuk itu ya?
          Chanyeol sudah melakukan persiapan, di tubuhnya melekat sudah seperangkat penyamaran yang ia yakini amat mutakhir. Pasalnya, Appa-nya saja sampai tidak menyadari bahwa lelaki yang ada di hadapannya saat itu ialah anaknya sendiri.
          TAK TAK TAK...........
          SET......
          Chanyeol memulai aksinya, ia berlagak seperti seorang pemuda yang kehausan. Trik lama yang harus kita akui bahwa itu terlihat konyol. Gadis diseberangnya mengernyit. Gadis itu berpikir bahwa pemuda itu tenagh kehausan. Maka ia menyeberang jalan, dan mengodok isi tasnya.
          GOTCHA!
          “Igeo Ahjussi... Kau kehausan?”
          Chanyeol mengambil minuman itu cepat dan berakting seolah ia memang belum minum selama 1 minggu lamanya. “Ghamsamnida Agassi...” Lagak Chanyeol dengan suara yang di cempreng-cemprengkan.
          Gadis itu menganga.... Apa namja di hadapannya ini baru saja menghirup helium? Kenapa suaranya memperhatinkan sekali? “Namamu siapa?” Chanyeol menundukan wajahya. Takut-takut gadis ini curiga.
          “Naega Choi Rinri... Ah! Mianhe Ahjussi, banyak anak menantiku.. Anyeong!!!!”
          Gadis yang baru ia ketahui namanya itu melangkah pergi. Menembus keramaian kota. Chanyeol tak mau kehilangannya, ia nekat mengikuti setiap langkah gadis tersebut. Hingga akhirnya langkah Chanyeol terhenti di suatu tempat.
          “Rumah sakit??”
          Kiranya apa yang gadis itu lakukan? Kalau sudah sejauh ini, Chanyeol memilih untuk tidak terllau ikut campur. Biarkan Rinri menyelesaikan urusannya.
.......................................
          “Oppa...... Nantii malam temani aku nonton yaaa....”
          “Anni Oppa.... Nanti malam lebih baik kita mengerjakan tugas kelompok yang diberikan Han Songsaenim di rumahku.”
          “Oppa.... Kau harus mencoba masakanku... Ini pasti enak! Kau kan suka makan?!!”
          Chanyeol menutup kedua kupingnya. Dia berlari menarik tangan Baekhyun, Baekhyun mengerti.. Chanyeol pasti sudah risi dengan kehadiran fans-fansnya itu.
          “Baek... Kalau aku boleh minta, aku ingin semua fansku itu musnah...” Chanyeol menyerapah. Sesaat setelah kata-kata itu keluar dari mulutnya, Baekhyun menoyor kepala Chanyeol.
          “Harusnya kau bersyukur bodoh!”
          Chanyeol menatap malas Baekhyun. Apa yang harus disyukuri? Coba bayangkan, apakah kau mau jika setiap harimu dihabiskan bersama puluhan gadis yang berisik? Yang kerjaannya hanya meneriaki namamu hingga gendang telingamu pekak... Kau pasti akan berpikir ulang.
          Taman belakang sekolah saat ini sangat manis.. Daun-daun yang dulu hijau lebat, kini berguguran dan menimbulkan kesan teduh (?). Baekhyun ingat, bahwa ia sudah punya janji dengan kekasih hatinya, maka dari itu, ia pamit untuk pulang terlebih dahulu.
          Chanyeol kembali mengehela nafas.... “Kenapa semua orang lebih mementingkan gadisnya? Maksudku apa menariknya sih seorang gadis?? Kenapa Baekhyun harus ikut-ikutan juga??”
          Tetapi setelah itu, bayangan Rinri tertangkap oleh retina matanya.. Rinri yang sedang tersenyum bahagia di tengah puluhan tawa anak kecil disekelilingnya.
          WHUSSSSSHHH...
          Atmosfer itu kembali mengerayangi dirinya. Atmosfer yang hanya muncul jika gadis itu disisinya. Oh Right! Sepertinya sekarang Chanyeol baru sadar... Dia tak bisa sepenuhnya menyalahkan Baekhyun jika Baekhyun lebih sering bersama kekasihnya dibandingkan dengan ia. Chanyeol sadar, ternyata wanita itu makhluk yang sangat mengesankan. Jadi ia memutuskan untuk menarik semua hinaannya tentang wanita.
          “Hyung....” Chanyeol mengalihkan pandangannya, disampingnya kini ada seorang anak kecil dengan tampang innocent yang amat menggemaskan. Anak kecil itu menarik lengan Chanyeol terus-menerus. “Ada apa tampan???” tanya Chanyeol.
          “Noona itu, menyuruhku untuk memberikanmu ini.”
          Jus Jeruk.
          Minuman kesukaan Chanyeol, Chanyeol menengadah, menatap orang yang dimaksud anak itu. Sedangkan gadis yang ditatapnya, gadis itu malah memeletkan lidahnya lalu kembali tertawa dengan sekelompok anak kecil.
          “Jagoan.... Noona itu siapa kalian?”
          anak kecil itu menatap Chanyeol dengan mata bulatnya, “ia malaikat kami Hyung... Ia gadis senasib dengan kami. Hanya saja bedanya ia selalu meluangkan waktunya untuk kami...”
          “Maksud kalian senasib??” Chanyeol mengernyit. Ia rasa ia sudah mulai menemukan titik terang.
          Anak kecil itu mau menjelaskan, tapi sayang.... Rinri tiba-tiba datang, menggagalkan niat bocah itu. “Heeii.... Kenapa kau tidak ikut bergabung??”
          Chanyeol terkekeh... Dan Rinri terhipnotis. Selama 5 tahun ini, baru pertama kali ia lihat Chanyeol terkekeh. Dan ini diluar expektasinya. Chanyeol lebih tampan dari sebelumnya. Ah ani! Bahkan jaauuuhh lebih tampan!
          Heran? Rinri sudah mengenal Chanyeol dalam kurun waktu lama, hanya saja selama ini pula Chanyeol tak pernah sadar.
          “Jadi aku boleh bergabung? Dengan senang hati kuterima tawaranmu.”
          Selanjutnya? Kalian bisa membayangkannya kan? Chanyeol menghabiskan sore indahnya dengan gelak tawa.
          TREK....
          Serpihan hatinya perlahan terisi. Ia rasa luka lamanya perlahan mulai terobati... Saat jam telah menunjukan pukul 5 sore, Chanyeol menawarkan jasa untuk mengantar Rinri. Tapi dengan sopan, Rinri menolaknya dengan alasan bahwa gadis itu harus mengantarkan satu persatu anak kecil yang tadi bermain dengan mereka.
          Tak akan pernah ada yang dapat meramalkan esok hari, begitu pula dengan Nyonya Park. Nyonya Park tentu bahagia saat ia bisa menyaksikan pemandangan yang langka ini. Ia senang akhirnya anknya yang super tampan itu bisa tertawa juga. Nyonya Park tahu, anaknya ini memang pemurung jika sudah keluar dari rumah sana..
          “Nampaknya aku akan segera mengenalkanmu dengan seorang wanita, Eomma....” Chanyeol memeluk Eomma-nya erat, lalu menyunggingkan senyum terlebarnya.
          Freeze.
          Tetesan kristal jatuh di pelupuk matanya. Nyonya Park memeluk Chanyeol lebih erat, semakin erat. “Berjanjilah pada Eomma Yeol-ah....”
          “Ne... Na Yaksoke...”
.............................
          Semakin hari, hubungan Chanyeol dan Rinri membaik bahkan meningkat. Seantero kampus bahkan dibuat heboh. Bukan hanya para  yeoja, namja juga ikut-ikut. Rinri tak pernah menghitung seberapa sering fans Chanyeol melabraknya untuk sekedar memberi ultimatum.
          Seberapa keras para gadis itu berusaha, setebal itu pula pertahanan Rinri. Rinri tak pernah takut, toh mereka hanya mengancamnya saja. Mereka tak pernah berbuat jauh. Karena, mereka akna menanggung hal yang teramat pedih jika mereka berani macam-macam. Tangan kekar Chanyeol bisa melayang kapan saja ke wajah cantik mereka itu.
          “Ri-ah... Boleh aku bertanya sesuatu padamu?”
          Rinri menoleh, lalu tertawa garing. “Bahkan tadipun kau sudah bertanya.”
          He?? Wajah Chanyeol memerah, wajahnya tertekuk. Ia jadi malu, ia memailingkan wajahnya lalu membelakangi Rinri. “Ayooo... Apa yang mau katanyakan?? Jangan merajuk. Kau tidak berbakat dalam aegyo Yeol-ah...”
          Ck... Chanyeol berdecak. Tak ada guna beradu omong dengan yeoja satu ini. “Kenapa kau begitu senang dengan anak kecil?”
          “Mereka menggemaskan dan punya virus kebahagiaan yang berbahaya. Mereka dengan mudahnya berbagi tawa bahkan dengan orang yang belum meeka kenal sekali pun.” Jawab Rinri dengan mata yang berbinar.
          Chanyeol kembali mengembangangkan senyumnya. “Teruslah tersenyum kau terlihat lebiih tampan.”
          BLUSH
          Pipi Chanyeol memerah. Oh God!! Sekarang Chanyeol memakan perkataannya sendiri. “Kau lucu! Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau begitu tertutup? Bahkan untuk melihat senyumu susah sekali..”
          Chanyeol mengangguk. Bercerita dengan gadis ini tak ada salahnya bukan?  Gadis ini nampaknya bisa dipercaya.. Lagian pelataran rumah sakit ini sedang kosong. “Kau bisa jaga rahasia kan Ri-ah?”
          Rinri melotot. “Kau tak percaya padaku??” Chanyeol menggeleng lalu memulai cerita hidupnya. Rinri mengerti, ternyata apa yang orang-orang bayangkan tentang Chanyeol tak sepenuhnya benar. Chanyeol memang dikelilingi banyak orang yang mencintainya, tapi tetap saja ada yang hilang.
          “Kau tidak punya niatan untuk mencari keberadaan orangtuamu yang asli?”
          Chanyeol menggeleng seraya mengelus kepala Rinri lembut, merapikan anak-anak rambut nakal yang berani bermain disekitar dahi gadisnya. “Untuk apa aku mencari orang yang sudah mencampakanku? Lagi pula aku sudah menemukan serpihanku.”
          “Siapa?”
          Chanyeol menunjukan jarinya ke wajah Rinri. Rinri bingung, maksud namja ini apa? Mau mengajaknya ribut?? “Kau.”
          DEG DEG... DEG DEG.....
          “Maukah kau menikah denganku?”
          TES.....
          Air mata Rinri berjatuhan deras. Dia geleng-geleng kepala, matanya memerah, ia tak habis pikir. Chanyeol benar-benar serius dengannya?? Tapi............. Ada satu fakta yang menyakitkan. Chanyeol belum tahu siapa ia sebenarnya. Ia ragu, apakah Chanyeol masih akan bersamanya meski ia tahu siapa Rinri sebenarnya.
          “Pikirkan ulang tawaranmu Yeol. Kau belum kenal siapa aku. Aku harus pulang. Jwesonghamnida.”
          PRANG........
          Tas Rinri menyenggol botol kaca disebelahnya hingga pecah. Rinri tak punya waktu untuk sekedar membalikan tubuhnya dan memperbaiki semua. Ia harus pergi, ia harus menyakiti Chanyeol. Agar pria itu bisa menghapus semua bayangnya. Ya.... Ia harus.
          .
          ..
          ....
          Semenjak kejadian itu, Rinri menjauh dari Chanyeol. Tak ada lagi couple ChanRI... Tak ada yang mengelu-elukan nama mereka. Bahkan Rinri jadi sering melirik Chanyeol penuh amarah. Chanyeol bingung apa salahnya. Hingga suatu saat, ia mendengar jelas perkataan Rinri saat gadis itu sedang bersama teman-temannya.
          “Kau beruntung sekali bisa mendapatkan hati Chanyeol Ri-ah... Apa kau menyukainya?”
          “Anniya... Chanyeol memang terlalu mudah untuk ditaklukan. Lagipula mana mungkin aku bisa mencintainya? Dia terlalu lembek untuk ukuran pria.

          Dan dimulai dari hari itu, Chanyeol semakin menutup dirnya. Ia menempatkan nama Rinri menjadi orang pertama yang paling dibenci olehnya. Bahkan seorang Baekhyun-pun tak mampu meluluhkan hatinya. Tawa itu semakin lenyap. Bahkan seantero kampus amat teramat jarang melihat Chanyeol mau berbicara.
          Ibunda Chanyeol, Nyonya Park. Beliau adalah orang yang paling terpukul atas kejadian yang menimpa anak tercintanya. Ia kira gadis itu dapat mengembalikan kebahagiaan Chanyeol yang sempat hilang, tapi sayang. Gadis itu malah mengoyak luka lamanya. Luka lama yang Chanyeol tutupi dalam-dalam.
          Akhir-akhir ini Chanyeol sudah jarang kuliah. Tuan Park, ia hanya bisa memaklumi. Patah hati memang luar biasa sakitnya. Jadi sebagai sesama namja, tentu beliau tahu betul rasanya.
          Dan selaku sahabat Chanyeol, Baekhyun tentu membantu Chanyeol menguak segalanya. Beakhyun yakin, Rinri bukanlah gadis yang seperti itu. Pasti ada motif tertentu dibaliknya. Ia yakin itu.
          Setelah berbulan-bulan menyelidiki, Baekhyun menemukan fakta yang mencengangkan. Dugaannya benar. Rinri gadis yang baik-baik. Segala hak yang ia lakukan hanyalah untuk kebahagiaan Chanyeol semata. Kebahagiaan namja yang Rinri cintai sampai maut menjemputnya.
          Baekhyun ingin memberitahu Chanyeol semuanya, tapi... Dia tak bisa. Itu sama saja dengan membuat Chanyeol lebih tersakiti. Lebih merasa terbodohi akan sikap yang ia ambil.
          “Baek.... Ada surat di bawah mejaku.” Terang Chanyeol sambil menyodorkan surat tersebut.
          “Kalau begitu bukalah.” Jawab Baekhyun cuek sembari mengunyah bubble gum-nya. Chanyeol menurut, ia mengambil pisau paletnya lalu membaca surat itu dengan telaten.
          Mata Chanyeol gencar bermain, mengecek segala hurufnya. Memastikan bahwa matanya tidak salah baca.
          Ia membanting surat itu lalu bergegas pergi. “Semoga kau mengerti petunjukku Yeol” bisik Baekhyun pelan.
||||
In the diffent place.
          “Berhenti mencacinya! Dia bukanlah pria yang seperti itu!!!” Gadis itu meneriaki para namja yang berusaha mengitarinya.
          “Bahkan kekasihmu itu tidak mencoba membantu disaat-saat yang genting seperti ini. Apa masih bisa pria yang seperti itu disebut pria yang baik-baik??”
          Gadis itu tak habis pikir. Saat namja brengsek dihadapannya ini ingin mencolek pipinya, kaki gadis itu terayun dan tepat mengenai wajah si namja.
          “Jangan pernah mencoba untuk menyentuh apapun yang melekat di diriku!! Dan kuperingatkan sekali lagi! Chanyeol adalah namja yang teramat baik!! Kalian tahu siapa berengsek?? Kalian!!!!”
          PLAK....
          Satu tamparan mampir di pipi indah Rinri. Rinri mengelus sebentar ppinya lalu menatap namja itu dengan tatapan terdingin yang ia punya. “Hanya sebesar itu kemampuanmu? Dengar!1! Yeodongsaengmu gila bukan karena Chanyeol!!! Dia terlalu fanatik!!! Orang yang harus kau salahkan ialah adikmu itu!!! Awas namja berengsek!! Aku mau lewat!!”
          Rinri mendorong tubuh namja itu keras dan meninggalkannya.. Rinri tak tahu, bahwa sedari tadi Chanyeol, namja yang jadi topik pembicaraannya mereka menguping dari semak-semak. Saat melihat Rinri meringis, dengan sigap Chanyeol mendekap tubuh itu. Membopongnya ke klinik terdekat.
          “Kenapa kau melakukannya??” Chanyeol bertanya dengan penuh ke khawatiran.
          “Mereka menghinamu Bodoh!! Kau tahu! Alasan yeodongsaengnya gila itu tak sepenuhnya atas kesalahanmu!! Aw!!”
          Chanyeol memelankan pijatannya. Ia tatap mata Rinri penuh keyakinan. “Kau terlalu bodoh untuk menjadi seorang penyelamat Ri-ah...”
          “Terimakasih. Kuanggap itu sebagai pujian.” Rinri menjawab enteng. “Kau sudah selesai? Kalau sudah aku mau pulang.” Rinri menepis tangan Chanyeol yang berusaha menolongnya dan melangkah pergi membekaskan luka yang cukup mendalam.
||||
          Suatu pagi, dimana Chanyeol sedang tekun mencuci mobilnya, sebuah surat datang dari tukang pos di seberang jalan. Chanyeol membuka pagar dan menandatangani tanda terima. Dibukanya surat itu.
         
          Dear Chanyeol....
          i know i’m rude. But listen, i do anything for your best. So you have to understand. Aku ingin menanyakan suatu pertanyaan yang mungkin terdengar bodoh.
          Masih kah mencintaiku Yeol? Jika ia... Kumohon lupakan aku sampai akhir bulan ini. Jika kau berhasil, kau akan mendapatkan hadiah yang luar biasa dariku. Hadiah yang tak mungkin orang lian berikan secara percuma-Cuma.
          Untuk mengukur keberhasilanmu, tepat dengan waktu yang aku janjikan, datanglah.. Temui aku di koridor rumah sakit. Need to know, i love you.. More than you imagine before.
          # Park Rinri _i hope_

          Chanyeol memeluk suratnya.. Mengecup setiap permukaan surat itu. Nyonya dan Tuan Park hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah laku puteranya. Mereka bernafas lega, akhirnya pangeran mereka itu bisa kembali hadir dengan senyum.
          Chanyeol menyudahi kegiatannya dan segera merebahkan diri di sofa kesayangannya. Ia membuka handphone miliknya, ketika lock screen diibuka, terpampanglah ajah cantik Rinri. Bagi Chanyeol, Rinri adalah keajabain dunia yang ke 8..
          DRRTT.... DRRTT....
          mau apa Baekhyun menelponku? Tanya Chanyeol dalam hati.
          Chanyeol dan Baekhyun terlibat dalam percakapan yang panjang, entahlah apa itu. Di mulai dari anjing Baekhyun yang muntaber, hingga sendal Baekhyun yang hilang diambil Heebum (kucing milih Heechul ahjussi)
          Setiap hari Baekhyun sellau menyempatkan waktunya untuk menghubungi Chanyeol, Chanyeol sempat bingung dengan apa mau Baekhyun. Tapi percuma, jika ia menyinggung masalah itu, maka Baekhyun punya sejuta alasan yang lebih menyebalkan. Seperti “Aku kan temanmu.” Atau “Kita sudah cukup dekat Yeolli-ah... Salah ya?”
          Hingga tibalah saat yang membahagiakan bagi Chanyeol. Ia telah berhasil menjalankan misi dari Rinri. Chanyeol sudah rapi dengan stelan casual miliknya, menunggu Rinri di koridor Rumah sakit. Tempat favorit mereka.
          1 jam berlalu, dan Chanyeol masih setia menunggu. Ia tidak keberatan, karena ia juga membutuhkan waktu. Ia sedang mempersiapkan kata-kata manis untuk Rinri. Yeah, rancananya ia akan melamar Rinri hari ini..
          “Ahjussi..... ada surat.”
          Chanyeol menoleh dan matanya menangkap anak kecil yang sewaktu itu. Anak kecil itu masih tampan.. Hanya saja, kini matanya sembab, dan jelas sekali lingkar hitam itu.
         
          Anyeong Chagi.............
          Bagaimana harimu?? Baik?? Chagi... Nan bogoshippo.... Aku merindukanmu... 1 Bulan tidak bertemu nampaknya cukup membuatku tersiksa.. Tapi kau harus bisa membiasakannya Chagi.... Karena kita akan tidak bertemu dalam kurun waktu yang tak bisa di tentukan...
          1 minggu yang lalu, aku melaksanakan serangkai pengobatan yang akan menentukan hidupku nantinya. Selama kita bersama, kau selalu penasaran bukan, kenapa aku begitu sering mengunjungi rumah sakit? Aku kesana untuk check up...
          Yeollie... Kau harus tahu, alasanku menolak ajakanmu untuk menikah, karena aku tak mau hidupmu sengsara... Aku hanyalah seorang gadis penderita kanker hati Yeol-ah... Kau tak tahu bukan?? Aku hanya takut kau menjadi duda di usia muda.. Hahahaha...
          Yeol-ah... Percayalah, aku meninggalkanmu karena aku mencintaimu. Mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah dimakamkan.. Yeol-ah... Mianhe...Aku mohon jangan membenciku, jangan membenciku... Karena aku mencintaimu. Temukan segera penggantiku. Aku yakin masih banyak yeoja cantik diluar sana yang sehat, yang mampu menemanimu hingga tua bergelayut manja di ayalmu.
Chagi... Jeongmal.. Nan jeongmal  saranghae... Anyeong!!! Muach!!
#Park Rinri _i hope_

         
Tubuh Chanyeol bergetar hebat, air matanya bahkan lebih deras sari air terjun niagara sekalipun, bocah laki-laki yang ada disampingnya itupun memeluk tubuh Chanyeol erat, dan ikut menangis sejadi-jadinya. “Hyung... Hiks... Su.. Hiks... Sudah.... Hiks... Nanti noona... Hiks... Sedih...”
          “Aku harus menyusuk Rinri...” Chanyeol berkata tegas sambil berdiri. Pikirannya sekarang pendek. Bocah laki-laki itu kaget, refleks bocah itu menggenggam tangan Chanyeol erat sekali.
          “Hyung jangan!!! Noona akan mengutukku Hiks.. Jika kau berani Hiks.. Melakukannya...”
          Chanyeol tertegun, ia kembali duduk dan menangis dalam diam. “Dimana Rinri dikuburkan?” tanya Chanyeol dingin.
          “Di pemakaman sana Hyung....”
          “Boleh aku mengunjunginya?” tanya Chanyeol kembali.
          “Andwe... Noona bilang, jangan sampai Hyung menjenguknya dulu.. Biarkan Noona beristirahat setidaknya sampai 2 bulan... Setelah itu... Hiks... Hyung malah diwajibkan untuk mengunjungi noona 1 minggu 2 kali. Ata Hiks.. Kalau bisa sesering mungkin...”
          Chanyeol mengusap air matanya dan menengadahkan kepalanya. Menatap langit biru diatas sana. “Ri-ah.... Aku membencimu.. Kenapa kau pergi disaat hati kita telah bertaut... Kenapa kau tak pernah bicara sebelumnya?? KENAPA!!!”
          “HYUNG!! JANGAN GILA!!!! Hyung cepatlah pulang.... Waktu jenguk sudah habis...” Bocah itu mendorong tubuh Chanyeol hingga gerbang rumah sakit. Chanyeol mengerang frustasi, ia tidak bisa berpikir jernih hingga akhirnya ia pingsan di tengah pertokoan kecil.
          “ADA YANG PINGSAN!!!”
||||
Epilog
          “Yak Pabo hangan betah pingsan!!!” teriak seorang gadis. “Kau harus bangun untuk meneruskan hidupmu!!! Jangan lembek Yeol-ah!!!”
          Chanyeol menggeleng. Ia menatap wajah cantik nan pucat gadis itu. “Aku akan lebih bahagia jika bisa bersamamu...”
          PLETAK...
          “Jangan bodoh!! Teruslah hidup!!1 Teruslah bawa cintaku.. Aku mencintaimu! Dan cukup kau tahu itu!! Arra?? Sekarang bangun dari pingsanmu!! Lihat manusia-manusia disana! Mereka begitu mengkhawatirkanmu!!”
          Chanyeol tergerak untuk mengusap pipi gadis itu, “Tapi berjanjilah agar selalu hadir di mimpiku Ri-ah... Jangan buat aku gila...”
          “Ne... Na yaksoke... Sana bangun!”
          Chanyeol memejamkan matanya, membuka cakrawala dan dia tersadar.
          “..............”
          “DIA SADAR!”

End
Eotte?? Ini ff sad pertama Chaca... Mianhe kalau alurnya kecepetan or... Pasaran hihihihi...But serious.. the story is mine.. I mean... Aku gak copas!! Dan aku mohon kalian juga jadilah readers yang baik... Jangan meng-copas karya author-author yang lain jua... arra? No Copy, No Plagiat, No Bashing!!1 Maaf... Ini ff sad pertama sayya..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Untouchable world Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang